Kronologi Akademisi RI Diinterogasi Singapura soal Unggahan ISIS

Jakarta, Indonesia —
Akademisi Indonesia Muhammad Zulfikar Rakhmat sempat diinterogasi di Bandara Changi, Singapura pada 2023 dan dikonfirmasi tahun ini. Ia dua kali diperiksa karena unggahan yang dinilaiĀ Singapura bahwa ia mendukung tindakan ISIS.
Dalam artikel yang dipublikasikan di situs Middle East Monitor, Zulfikar menceritakan ia ditahan dan diinterogasi di Bandara Changi dua kali pada 2023 karena pekerjaannya sebagai akademisi dan jurnalis yang menulis tentang urusan Timur Tengah, khususnya Palestina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Insiden pertama terjadi pada Februari 2023 saat transit melalui Singapura bersama istrinya dalam perjalanan kembali ke Indonesia dari Korea Selatan.
Ia mengaku dihentikan di imigrasi dan dibawa ke sebuah ruangan tempat ia diinterogasi tentang latar belakangnya, riwayat perjalanannya di Timur Tengah, serta karya akademis dan jurnalistiknya. Ia juga mengklaim ponselnya disita dan diperiksa.
Zulfikar menambahkan insiden serupa terjadi pada September 2023 saat ia melewati Singapura dalam penerbangan dari Korea Selatan ke Indonesia.
Pemeriksaan dan interogasi Zulfikar dikonfirmasi Kementerian Dalam Negeri Singapura (MHA) pada Kamis (15/5). Mereka mengatakan Zulfikar diperiksa karena menarik perhatian keamanan Bandara Changi.
Channel News Asia memberitakan bahwa pada 2023, Zulfikar diizinkan masuk menaiki penerbangan untuk berangkat keesokan harinya setelah pemeriksaan.
“Kami tidak akan ragu untuk mengambil tindakan, termasuk berhenti di pos pemeriksaan kami untuk pemeriksaan dan wawancara, atau bahkan menolak masuk ke Singapura, setiap orang asing yang kami nilai dapat menimbulkan ancaman keamanan bagi negara dan masyarakat kami,” kata MHA.
“Masuk ke Singapura adalah sebuah keistimewaan, bukan hak, dan orang asing tidak boleh berharap untuk diberikan izin masuk secara otomatis, atau diizinkan masuk tanpa pemeriksaan sebagaimana yang kami anggap perlu,” sambung MHA.
Bantahan Zulfikar
Terkait tudingan dari Singapura bahwa ia mendukung tindakan ISIS, Zulfikar dengan tegas membantah hal tersebut.
“Saya tidak pernah mendukung ISIS, dan saya juga tidak pernah membuat postingan daring yang mendukung tindakannya,” kata Zulfikar melalui pernyataan tertulis kepada Indonesia.com, Sabtu (17/5).
“Sebaliknya, saya secara terbuka dan konsisten mengkritik kelompok tersebut atas kekerasan dan distorsi ajaran Islam yang dilakukannya.”
“Sebagai seorang Muslim sekaligus peneliti, saya memandang ISIS bukan hanya sebagai sumber penderitaan manusia yang sangat besar, tetapi juga sebagai kekuatan yang merusak prinsip-prinsip keadilan dan martabat yang menjadi inti dari iman dan pekerjaan saya.”
Zulfikar adalah direktur bagian Indonesia-Timur Tengah dan Afrika Utara di Center of Economic and Law Studies (CELIOS). Ia juga merupakan peneliti afiliasi di Institut Timur Tengah Universitas Nasional Singapura (NUS).
Di situs NUS Middle East Institute, ia tercantum sebagai penerima kehormatan dari departemen penelitiannya dan digambarkan sebagai profesor penelitian di Universitas Studi Luar Negeri Busan.
(chri)