Jakarta, Indonesia —
Saat ini Stefano Lilipaly jadi pemain paling senior di Timnas Indonesia. Mampukah ia berkontribusi di skuad Garuda di usia 35 tahun?
Usia jelas bukan hanya soal angka. Kematangan, pengalaman, juga jam terbang terkorelasi dengan usia. Pada satu sisi, usia juga sering kali jadi batas ketahanan fisik.
Ada banyak contoh usia tak bisa jadi ukuran di sepak bola. Namun, lebih banyak tamsil bahwa banyak atlet dipaksa sadar seiring bertambahnya usia. Lilipaly di situasi ini saat membela Garuda.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah lama tersisihkan, termasuk di saat tampil garang di Liga 1 2023/2024, Lilipaly akhirnya kembali ke pangkuan Merah Putih. Patrick Kluivert secara mengejutkan memanggilnya.
Mengapa kejutan? Sebab Lilipaly sempat absen lama di Liga 1 2024/2025. Ia tak masuk skuad Borneo FC pada pekan ke-22 dan 23, lantas hanya main 17 menit pada pekan ke-24.
Setelah itu, pemain yang resmi menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) pada Oktober 2011 ini absen dalam tujuh laga beruntun. Lilipaly baru tampil lagi di pekan ke-32.
Pada 10 Mei 2025 itu Lilipaly tampil 12 menit. Pekan selanjutnya mantan pemain FC Utrecht ini tampil 27 menit. Apakah Lilipaly cukup bugar saat melawan China pada 5 Juni nanti?
Musim ini, Lilipaly baru tampil 23 kali di Liga 1. Ini jumlah menit main terminimnya sejak musim 2019. Jumlah golnya juga menurun dibanding musim-musim sebelumnya.
![Borneo FC vs Persis Solo Pesepakbola Borneo FC Stefano Lilipaly (tengah) berusaha melewati pesepakbola Persis Solo Rian Miziar (kanan) dan Ricardo Lima (kiri) saat menjalani pertandingan Grup A Piala Presiden di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (19/7/2024). ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/YU]() Stefano Lilipaly masih jadi andalan di Borneo FC. (ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI)
|
Saat ada penurunan performa, mengacu statistik, mengapa Lilipaly dipanggil ke Timnas? Kluivert yang paling tahu alasannya. Terlepas dari itu, ini tantangan besar bagi Lilipaly.
Satu gol ke gawang Madura United pada 10 Mei 2025, di laga kembalinya setelah absen tujuh pekan, kiranya bisa jadi gambaran. Api perjuangan Lilipaly sama sekali belum padam.
Pemusatan latihan di Bali bisa menjadi ajang unjuk gigi. Inilah saat yang tepat bagi pengoleksi tiga gol Timnas Indonesia ini untuk memikat hati Kluivert dan para asistennya.
Baca di halaman berikutnya>>>
Saat kalah 1-5 dari Australia, Maret lalu, posisi penyerang kiri Timnas Indonesia diisi Ole Romeny. Biasanya posisi ini ditempati Ragnar Oratmangoen.
Ketika menang 1-0 atas Bahrain pada 25 Maret, Ragnar kembali mengisi pos kiri. Sayang Ragnar dipastikan absen saat melawan China (5/6) dan Jepang (10/6) karena sedang sakit.
Siapakah yang akan mengisi pos serang kiri? Lilipaly bisa menjadi opsi. Nama-nama lainnya yang juga punya kans adalah Egy Maulana Vikri, Yance Sayuri, Shayne Pattynama, juga Dean James.
Dalam dua musim terakhir, bersama Borneo FC, Lilipaly dominan main sebagai sayap kiri. Musim ini, sebagai contoh, Lilipaly hanya lima kali berperan sebagai gelandang serang. Sisanya jadi sayap kiri.
Umpan silang dan umpan terobosan Lilipaly juga menjanjikan. Lebih dari 120 umpan silang berhasil dilepaskan dan lebih dari 50 umpan kunci juga sukses dikreasikan.
Jika statistik jadi acuan, tentu saja Egy paling layak diberi kesempatan. Pemain kidal ini tampil impresif bersama Dewa United. Total 12 gol telah disarangkan ke gawang lawan.
Egy juga menjadi satu-satunya pemain lokal yang masuk daftar nominasi pemain terbaik Liga 1 2024/2025. Mantan pemain Lechia Gdansk itu bersaing dengan delapan pemain asing.
Adapun Yance, Shayne, dan Dean, bukan berposisi utama penyerang sayap kiri. Posisi utama mereka adalah bek sayap kiri. Namun ketiganya bisa bertransformasi dari bek menjadi penyerang.
Pemain lainnya, seperti Struick, Ramadhan Sananta, dan Septian Bagaskara juga punya kesempatan jadi pilihan sebagai winger kiri. Keduanya sering menempati pos ini di klubnya masing-masing.
[Gambas:Photo ]
Satu yang pasti, Lilipaly punya kematangan. Kolaborasinya dengan Thom Haye dan Joey Pelupessy sebagai sesama pemain berkepala tiga, punya alasan tegas untuk beringas.
Kini tinggal bagaimana Lilipaly menjawab kepercayaan. Apakah gelora api perjuangannya untuk Timnas Indonesia masih menyala? Jika api itu masih membara, daya juangnya akan menggelora selama pemusatan latihan.
Sekali lagi, usia bukan segalanya di sepak bola. Mungkin Lilipaly terbilang senja di tengah generasi muda Timnas Indonesia, tetapi kualitasnya tak boleh ikut uzur.
[Gambas:Video ]