Lupa Kata-kata, Efek Samping Covid-19 pada Otak



Jakarta, Indonesia —

Berapa kali Anda ingin mengucapkan sesuatu tapi kemudian tiba-tiba lupa?

Kalau pernah mengalami ini, Anda tak sendiri, karena beberapa orang juga mengaku mengalami hal serupa. Ini disebut dengan lupa kata-kata atau lethologica.

Fenomena lethologica semakin berkembang sejak pandemi Covid-19. Bisa saja ini terjadi karena orang kesulitan bersosialisasi secara langsung karena karantina dan anjuran untuk di rumah aja demi mencegah penularan Covid-19. Hanya saja, survei awal menyebut, tak sedikit penyintas Covid-19 yang justru mengalami masalah lebih parah dari mereka yang tidak terpapar Covid-19. Dengan kata lain, efek samping Covid-19 menyebabkan masalah lupa kata-kata.

Melansir Scientific America, sebuah survei awal terhadap 153 pasien Covid-19 di Inggris dan studi pracetak yang lebih baru tentang orang-orang yang dirawat di rumah sakit dengan penyakit ini di Italia, menemukan bahwa sekitar satu pertiga pasien memiliki gejala neurologis.

Bahkan, menurut neuropsikiatri di King’s College London dan rekan penulis studi di Inggris, Thomas Pollak, perkiraan orang yang mengalami hal tersebut jauh lebih tinggi.

“Ada spektrum manifestasi [neurologis] Covid-19 yang sangat luas,” kata Pollak.

Lupa kata-kata ini juga bisa terjadi karena tingkat stres yang meningkat selama pandemi. Neuropsikolog Sanam Hafeez mengatakan, sebelum pandemi orang memang mengalami stres, tapi saat pandemi tingkat stres yang dialami meningkat menjadi kronis.

Peningkatan stres ini akan menyebabkan hormon stres yang dilepaskan ke dalam tubuh jauh lebih tinggi dari biasanya. Bahkan kata dia, orang yang pernah terpapar Covid-19 bisa mengalami hal yang lebih parah.

Hafeez merujuk sebuah penelitian yang diterbitkan pada Januari lalu yang menunjukkan peningkatan kadar sitokin, molekul yang menyebabkan peradangan dalam cairan yang mengelilingi otak pada orang dengan kanker, bahkan beberapa minggu setelah infeksi Covid-19 sembuh.

“Ketika otak seseorang meradang, fungsi otak tertentu terpengaruh, kemungkinan berkontribusi pada kabut otak. Komponen lain, seperti kurang tidur, stres, kecemasan, atau perubahan pola makan, juga dapat menyebabkan lethologica,” jelas Hafeez melansir dari Bustle.

Lupa kata-kata atau masalah lainnya yang berhubungan dengan daya ingat memang sangat mengganggu, namun Anda tak perlu khawatir berlebihan. Menurut Hafeez, melupakan kata di bawah usia 35 adalah hal yang normal. Dari akhir usia 20-an dan seterusnya, fleksibilitas mental juga mulai menjadi sedikit kurang efisien.

Namun adakah cara sederhana untuk membantu meningkatkan memori otak? Hafeez mengungkapkan permainan seperti Sudoku hingga teka-teki silang dapat membantu mengurangi kabut otak dan menajamkan ingatan.

(tst/chs)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *