Malaysia Bantah soal Invasi Sabah hingga Warga Korut Makin Sulit Makan
Sederet kabar meramaikan berita internasional Selasa (14/12), mulai dari Malaysia membantah kabar ancaman invasi milisi di Sabah hingga warga Korea Utara rela menjual rumah agar dapat membeli makan di tengah krisis menjelang musim dingin.
1. Malaysia Mengaku Tak Ada Bukti Kuat soal Rencana Invasi Sabah
Panglima Militer Malaysia, Jenderal Affendi Buang, menegaskan tidak ada bukti kuat terkait laporan bahwa kelompok militan di Sulu, Filipina, akan menginvasi negara bagian Sabah.
“Sampai saat ini, melalui implementasi operasi dan pengumpulan informasi intelijen, masih belum ada indikasi yang jelas atau bukti kuat terkait apa yang dilaporkan (invasi Sulu),” kata Affendi dalam pernyataannya pada Jumat (10/12).
Rumor ini pertama kali berembus pada Kamis (9/12), saat South China Morning Post melaporkan pertemuan rahasia yang dihadari 19 wali kota di Kepulauan Sulu, Filipina, pada 1 Desember lalu.
Berdasarkan laporan itu, pertemuan itu digelar untuk membahas rencana “pengiriman tentara Kerajaan Sulu” yang terdiri dari 600 pasukan untuk menyerang Sabah. Laporan tersebut menyatakan pertemuan itu diatur oleh seorang pejabat senior pemerintah lokal di selatan Filipina.
Sebanyak 11 dari total 19 wali kota yang hadir dalam rapat rahasia itu disebut menyetujui rencana penyerbuan. Sementara itu, delapan wali kota lainnya menentang atau menolak plot tersebut.
2. Pidato di Universitas Indonesia, Menlu AS Sindir Sikap Bullying China
Kehadiran Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, ke Indonesia juga masih menjadi perhatian. Pada Selasa, Blinken berpidato di Universitas Indonesia dan menyindir sikap China yang kerap mengintimidasi negara lain.
Menurut Blinken, agresivitas China tersebut di Indo-Pasifik, terutama Asia Tenggara, sering kali membuat negara di kawasan khawatir.
“Itulah mengapa ada begitu banyak kekhawatiran–dari Asia Timur Laut hingga Asia Tenggara dan dari Sungai Mekong hingga Kepulauan Pasifik–tentang tindakan agresif Beijing,” kata Blinken dalam pidatonya merujuk pada sikap China.
“Agresivitas Beijing yang kerap mengklaim perairan terbuka sebagai miliknya, menerapkan subsidi demi mengamankan persaingan di pasar terbuka, mencabut kesepakatan dengan negara lain yang tak sepaham, hingga mendukung aktivitas penangkapan ilegal.”
3. Krisis di Musim Dingin, Warga Korut Jual Rumah Buat Makan
Selain itu, kabar krisis di Korea Utara juga masih menjadi perhatian. Menjelang musim dingin di tengah krisis, para warga Korut dilaporkan rela menjual rumah agar dapat membeli makan.
“Transaksi perumahan aneh meningkat di tengah penurunan suhu. Masyarakat miskin yang mengalami kesulitan, menjual rumah mereka untuk membeli makanan, sementara masyarakat kaya mengambil kesempatan ini untuk membeli rumah dengan harga murah,” kata seorang warga Korut kepada Radio Free Asia.
“Akibat jumlah rumah yang dijual pada musim dingin ini meningkat, harga unit di apartemen mewah berbentuk melingkar yang terletak dekat Sungai Yalu turun, padahal itu merupakan salah satu apartemen terbaik di Sinuiju.”
Menurut warga itu, harga satu unit yang menghadap sungai di apartemen tersebut biasanya dijual seharga 30 ribu yuan atau setara Rp67 juta. Namun, kondisi ekonomi yang kian menurun akibat pandemi Covid-19 menyebabkan harga unit anjlok hingga setengah.
(has)