Marak Kejahatan Deepfake, Komdigi Andalkan UU ITE dan Pornografi




Jakarta, Indonesia

Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mengatakan penindakan kasus deepfake di era perkembangan kecerdasan buatan (AI) masih berpedoman pada Undang-undang Pornografi dan UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Dirjen Pengawasan Ruang Digital Komdigi Alexander Sabar menyebut payung hukum terkait teknologi AI saat ini masih dalam proses pembahasan. Maka dari itu, isu deepfake yang merupakan penyalahgunaan teknologi AI akan ditindak masih akan menggunakan UU Pornografi dan ITE.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Masalah deepfake ada beberapa kemarin, utamanya yang pornografi gitu. Sebenarnya kan aturan hukum kita juga sudah ada kan? Undang-undang pornografi sudah ada, undang-undang ITE juga sudah ada. Itu dasar hukum kita,” ujarnya di Kantor Komdigi, Jumat (9/5).

Meski belum ada aturan khusus AI, katanya, kasus deepfake bisa ditindak dengan menggunakan aturan-aturan tersebut.





“Undang-undang pornografi dan Undang-undang ITE untuk saat ini bisa digunakan untuk menangani permasalahan di deepfake tersebut utamanya yang terkait dengan pornografi,” tegasnya lagi.

Alex menjelaskan dalam kejahatan siber ada kategori peralatan sebagai tools dan target kejahatan. Deepfake ini dikategorikan sebagai tools untuk melakukan kejahatan siber.

Sebelumnya, viral di unggahan media sosial, termasuk X, yang mengabarkan dugaan pelecehan oleh pemuda inisial SL. Pemuda yang diduga mahasiswa Universitas Udayana itu kerap mengedit foto-foto perempuan menjadi foto asusila dan korbannya diduga sudah banyak.

Selain itu, belum lama ini Ditressiber Polda Jawa Timur juga berhasil menangkap tiga pelaku penipuan yang mencatut nama Gubernur Khofifah Indar Parawansa. Dalam aksinya, mereka memanipulasi atau merekayasa video Khofifah menggunakan deepfake.

Kasus-kasus tersebut menunjukkan penyalahgunaan AI untuk membuat konten deepfake semakin marak.

Pada awal April, Wamenkomdigi Nezar Patria telah menyoroti masalah konten deepfake yang intensitasnya semakin tinggi. Ia lantas meminta masyarakat mewaspadai berbagai aksi kriminalitas dan penipuan yang memanfaatkan teknologi AI semacam ini.

“Kita bisa menyaksikan sekarang video-video yang dihasilkan oleh AI itu nyaris sempurna, banyak orang bahkan terkecoh, bukan hanya orang awam, para ekspert pun kadang-kadang terkecoh dengan video ataupun foto yang dihasilkan karena sangat mirip dengan yang asli,” katanya dalam Syawal Fest PW GP Ansor Jawa Timur di Jatim International Expo, Surabaya, Minggu (13/4).

(lom/dmi)

[Gambas:Video ]



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *