Masih Gadis Tapi Keluar Cairan Payudara, Hati-hati Prolaktinoma

Jakarta, Indonesia —
Siloam Hospitals Lippo Village membantu kesembuhan seorang pasien perempuan berusia 21 tahun yang datang dengan keluhan berupa cairan menyerupai air susu yang keluar dari payudara selama tiga bulan terakhir. Pasien ini masih gadis dan belum menikah.
Selain keluhan itu, pasien juga mengaku mengalami gangguan siklus menstruasi selama enam bulan terakhir, yang datang setiap dua bulan sekali. Tubuhnya juga terasa pegal dan mudah lelah. Menuruti saran dokter umum, pasien pun memeriksakan diri ke dokter spesialis kebidanan.
Setelah menjalani pemeriksaan darah, ditemukan bahwa kadar hormon prolaktin pasien sangat tinggi, yaitu mencapai 600 nanogram per liter. Dokter kandungan pun merujuk pasien ke dokter bedah saraf, yang menyarankan pasien menjalani pemeriksaan MRI kepala.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil MRI menunjukkan adanya tumor pada kelenjar hipofisis, yang dikenal sebagai prolaktinoma. Tumor ini menyebabkan peningkatan kadar prolaktin dalam tubuh, menyebabkan keluarnya cairan dari payudara meskipun pasien belum pernah melahirkan.
Selain itu, kadar prolaktin yang tinggi juga mempengaruhi siklus menstruasi, membuat menstruasi jadi tidak teratur atau bahkan amenore (tidak menstruasi sama sekali dalam beberapa bulan).
Pengobatan Prolaktinoma
Prof. Julius July, M.D., PhD., MHSc., IFAANS dari Neuroscience Center, Siloam Hospitals Lippo Village menegaskan bahwa peningkatan kadar prolaktin akibat prolaktinoma perlu segera diatasi. Salah satu metode terbaik bagi wanita usia subur adalah operasi pengangkatan tumor hipofisis.
Menurutnya, prosedur ini memiliki tingkat kesembuhan hingga 85 persen. Jika hanya mengandalkan obat-obatan penurun kadar prolaktin, ada risiko komplikasi di masa depan, terutama jika pasien berencana untuk hamil.
“Konsumsi obat untuk menekan kadar prolaktin selama kehamilan bisa berbahaya bagi janin. Jika obat dihentikan saat kehamilan, kadar prolaktin dapat melonjak dan meningkatkan risiko keguguran,” kata Prof. Julius.
Di sisi lain, jika prolaktinoma tidak diobati, kadar prolaktin yang tinggi dapat berdampak buruk dalam jangka panjang. Risiko yang dapat terjadi meliputi pengeroposan tulang atau osteoporosis dan peningkatan risiko stroke, terutama jika kadar prolaktin sangat tinggi.
Operasi pengangkatan prolaktinoma itu dilakukan dengan teknik minimal invasif melalui lubang hidung, melalui kerja sama antara dokter bedah saraf dan dokter spesialis THT. Pada tahap awal, dokter THT akan menyiapkan flap dari mukosa hidung untuk membantu proses operasi.
Selanjutnya, dokter bedah saraf akan mengangkat tumor hingga bersih melalui hidung. Prof. Julius mengingatkan, apabila tumor sudah membesar dan menyebar ke area sekitar, pembersihan tumor bisa jadi lebih sulit. Dalam kasus seperti ini, pasien mungkin memerlukan terapi radiasi setelah operasi untuk menangani sisa-sisa tumor.
“Jika ukuran tumor masih kecil dan belum menyebar, operasi ini lebih mudah dilakukan dan peluang kesembuhan total lebih besar,” pungkas Prof. Julius.
(rea/rir)