Menelusuri Praktik Ilegal Vaksin Booster Covid-19 di Surabaya
Surabaya, Indonesia —
Tak ada yang dirasakan Budiman (bukan nama sebenarnya), setelah jarum suntik berisi dosis vaksin ke-3 atau booster dimasukkan ke tubuhnya. Ia hanya merasa lengannya sedikit nyeri beberapa jam setelahnya.
Budiman adalah warga Surabaya, Jawa Timur, yang rela membayar demi mendapatkan vaksin booster setelah menerima tawaran. Ia juga sekaligus menjadi informan tim kolaborasi liputan sejumlah jurnalis di Surabaya dalam laporan ini.
Dugaan kuat, sindikat ini menjual vaksin dosis ke-3 untuk memperoleh keuntungan. Praktik ini tentu ilegal. Sebab, vaksin booster untuk kalangan umum baru akan secara resmi dilaksanakan oleh pemerintah untuk masyarakat pada 2022 mendatang.
Budiman mengaku menerima ihwal vaksinasi dosis ke-3 ini melalui pesan WhatsApp awal Desember ini. Di pesan itu tertera pengumuman soal vaksinasi dosis ke-3 yang dilakukan terbatas, serta tautan laman pendaftaran.
Dalam laman formulir pendaftaran, Budiman kemudian diminta mengisi kolom data diri berupa nama, alamat, nomor telepon dan tanggal vaksin. Terdapat pula peringatan yang menyebut bahwa pendaftar harus sudah menjalani vaksinasi dosis pertama dan kedua.
Vaksin booster ini juga disebutkan tak akan tercatat pada aplikasi resmi milik pemerintah, PeduliLindungi.
“Nb : Vaksin Booster ini tidak masuk dalam record peduli lindungi, dan dilakukan atas kesadaran diri sendiri untuk menambah anti bodi,” bunyi peringatan dalam laman pendaftaran tersebut saat diakses Budiman, pada 1 Desember.
Usai mendaftar melalui formulir pendaftaran online itu, Budiman kemudian dihubungi seorang yang berinisial Y. Ia meminta Budiman untuk mentransfer uang Rp250 ribu sebagai biaya di minggu pertama Desember 2021.
Dua hari kemudian, Budiman mengirim uang yang diminta tersebut ke rekening bank dengan pemilik berinisial YEZ.
Tak sampai sepekan, Budiman pun diminta datang ke lokasi vaksinasi, di sebuah kantor ekspedisi di Jalan Biliton, Gubeng, Surabaya. Tempat ini berpindah dari pemberitahuan sebelumnya, di mana lokasi awal yakni di pusat perbelanjaan, yang terletak di Pabean Cantian, Surabaya.
Setibanya di kantor tersebut, ia ditemui oleh seorang laki-laki dan perempuan yang mengaku sebagai panitia. Keduanya memastikan Budiman telah menjalani vaksinasi dosis pertama dan kedua. Budiman kemudian diarahkan untuk naik ke lantai tiga kantor tersebut.
“Saya nggak dimintai syarat apapun, menunjukkan KTP pun nggak,” ujar dia.
Di lantai 3, Budiman kemudian masuk ke sebuah ruangan yang berisi sejumlah orang. Tiga orang di antaranya diduga panitia, empat orang orang diduga petugas tenaga kesehatan (nakes) dan tiga orang lain disinyalir adalah peserta vaksinasi booster berbayar, seperti dirinya.
Orang-orang yang diduganya sebagai nakes tersebut juga mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap.
“Ada 4 sampai 3 nakes, pakai APD jubah dan penutup kepala gitu,” ucapnya.
Salah satu nakes kemudian menanyai kondisi kesehatan Budiman. Ia pun menjawabnya dengan jujur bahwa saat itu dirinya sedang flu dan pusing. Walhasil, di hari itu, ia pun batal mendapatkan vaksin booster.
Panitia di lantai bawah, yang belakangan diketahui berinisial Y yang menelpon sebelumnya, kemudian memintanya untuk datang kembali pada pelaksanaan vaksinasi selanjutnya. Ia menjanjikan akan segera memberi informasi susulan ke Budiman.
Ia juga mengakui bahwa vaksin dosis ketiga yang ia selenggarakan ini, sama sekali tak akan terekam dalam aplikasi PeduliLindungi. Ia mengaku menjelaskannya sejak awal kepada calon peserta.
“Enggak [masuk PeduliLindungi] itu saya jelaskan dari awal, cuma keinginan pribadi aja,” pungkas dia.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Febria Rachmanita mengaku tak tahu menahu perihal vaksinasi dosis ketiga berbayar tersebut. Ia mengaku kaget dan mempertanyakan dari mana jaringan itu mendapatkan vaksin.
“Mereka dapat vaksin dari mana ya? Saya tidak pernah tahu ada berbayar. Yang saya tahu vaksin gotong royong dan tidak ada di lokasi-lokasi tersebut,” kata Febria.
Budiman divaksin dua pekan kemudian, di halaman selanjutnya
Booster Pakai Vaksin Sinovac