Menkominfo Ungkap 3 Tahap untuk Realisasikan Digitalisasi Penyiaran



Jakarta, Indonesia —

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate menyatakan, pihaknya telah menyiapkan tiga tahap untuk merealisasikan digitalisasi penyiaran atau analog switch off (ASO).

Ketiga tahapan tersebut merupakan upaya Kemenkominfo dalam menjalankan amanat Undang-undang Cipta Kerja (Ciptaker) tentang Penyiaran.

“Saya berharap, agenda analog switch off dapat berlangsung sukses nanti. Ini saya minta kepada pemegang saham, bahwa analog switch off akan kita lakukan dalam tiga tahap,” kata Johnny, Selasa (28/12) kemarin.

Johnny menerangkan, untuk menuju digitalisasi penyiaran yang ditetapkan pada 2 November 2022 mendatang dilakukan melalui metode seleksi dan metode evaluasi.

“Metode seleksi telah kita tetapkan dan saya kira semua sudah terima surat keputusan menteri. Saya harapkan penyelenggara multiplexing dapat membangun infrastrukturnya sehingga nanti pada saat kita melakukan analog switch off dapat berjalan dengan baik,” kata Johnny.

Sementara untuk metode evaluasi, jelas Johnny, saat ini sedang dilakukan oleh Kemenkominfo, dengan dua metode. Saat ini sudah ada 186 wilayah layanan dengan menggunakan multiplexing.

“Simulcast kita di 186 wilayah layanan dengan 283 lembaga penyiaran,” jelasnya.

Lebih lanjut Johnny merinci mengenai tiga tahapan yang sudah dirancang Kemenkominfo untuk merealisasikan digitalisasi penyiaran tahun depan. Tahap yang pertama akan dilakukan pada 30 April 2022.

“Kita semua sudah mengetahui ini. Tentu saya harapkan pada 30 April nanti infrastruktur multplexing telah selesai, studio dan SDM selesai, dan perangkat penerima siaran digital atau set-top-box (STB) juga selesai,” paparnya.

Selanjutnya, kata Johnny, untuk tahap kedua akan dilakukan pada 25 Agustus 2022. Pertama di 56 wilayah layanan, dan kedua di 31 wilayah layanan siaran.

“Untuk yang pertama ada di 166 kabupaten/kota, sementara untuk yang kedua ada di 110 kabupaten/kota,” tambahnya.

Sedangkan untuk tahap ketiga, pada 2 November 2022 di 25 wilayah layanan di 65 kabupaten/kota di Indonesia.

“Ini memberikan gambaran bagi kita, tidak seluruh wilayah Indonesia ini dilayani dengan televisi telesterial. Kalau dijumlah dari angka-angka ini hanya sekitar 170 yang dilayani. Ini berarti, dari 514 kabupaten/kota ada banyak yang tidak memiliki layanan televisi telesterial, ini yang harus kita ketahui,” kata Johnny.

“Mereka pun butuh layananannya, tetapi mereka saat ini tidak mendapat layanan. Mereka terpaksa harus menggunakan cara lain, apakah menggunakan antena parabola, televisi berlangganan dan seterusnya, tetapi televisi telesterial tidak dilayani,” tambahnya.

Menurut Johnny, konsep analog switch off saat ini hanya di 173 kabupaten/kota karena di situ ada siaran telesterial analog. Selanjutnya, sejak 2 November 2022, di 514 kabupaten/kota di seluruh Indonesia harus sudah terlayani atau sudah siap dilayani dengan digitalisasi televisi.

“Kami dalam melakukan tata kelola multiplexing akan mengatur dan menjaganya dengan baik agar cita-cita kita untuk migrasi menjadi penyiaran digital di sisi yang satu berjalan dengan baik,” katanya.

“Sementara, di sisi yang lain level of playing field industrinya juga menjadi lebih bagus, karena televisi teresterial saat ini mendapat tantangan yang besar dari televisi streaming, sehingga perlu kita perhatikan dan bersama-sama jaga dengan baik,” pungkasnya.

(osc)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *