Netizen Luapkan Emosi Tanggapi Mensos Risma Paksa Tunarungu Bicara
Sejumlah warganet di jagat maya terkait Menteri Sosial, Tri Rismaharini yang memaksa anak tuli untuk berbicara di depan banyak orang. Nama Bu Risma pun trending topic dibicarakan hingga lebih dari 12 ribu.
Akun @kurawa mengatakan makin hari kesukaan publik kepada Risma kian turun lantaran perilakunya.
“Kasihan bu Risma, kesukaan publik kepada beliau makin hari makin turun.. hal2 sepele sebagai tokoh publik dan politik beliau gak peduli. Sifat Apa Adanya itu memang gak salah, tapi gunakanlah Kuping utk selalu dengar masukan2 dari orang lain. Target politik berikutnya jd berat,” ujarnya lewat akun Twitter, Jumat(3/12).
Ada pula warganet yang mengaku sebagai tunarungu. Lewat cuwitannya, akun @jannah_lulu_ mengatakan perlakuan Risma memaksa tunarungu berbicara membuatnya merasa sangat marah.
Warganet lain menilai sikap Risma yang meminta tunarungu untuk berbicara itu merupakan perilaku yang keliru.
“BTW baru nonton videonya bu Risma……… ibu yang blunder, saya yang malu banget bu,” tutur @arthropochan.
Lebih lanjut warganet lain juga turut terpancing emosi lantaran perilaku Menteri sosial itu kepada penyandang disabilitas.
Akun @dhylook meminta Risma untuk tidak menyetarakan semua orang, karena setiap manusia memiliki cara masing-masing untuk berkomunikasi, tak hanya menggunakan mulut.
“Jujurly dari semalem udh emosi bgt sama berita Bu Risma duh. Jangan menyetarakan semua orang ya buk. Mereka juga punya cara berkomunikasi sendiri tapi memang bukan pake mulut. Memaksimalkan anugrah tuhan? Selain mulut dan telinga, pdhl tangan juga anugrah Tuhan buk,” ujarnya.
Sebelumnya, Risma meminta penyandang disabilitas rungu untuk berani berbicara di depan orang banyak. Namun tindakan Risma mendapat kritik dari perwakilan Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin), Stefanus.
“Saya mau bicara dengan ibu sebelumnya, bahwasannya anak tuli itu memang harus menggunakan alat bantu dengar, tapi tidak untuk dipaksa berbicara,” kata Stefanus melalui juru bicara bahasa isyarat di Kemensos, Jakarta Pusat, Rabu (1/12).
Stefanus kaget ketika melihat Risma memaksa penyandang disabilitas rungu berbicara menggunakan pengeras suara. Menurutnya, penyandang disabilitas rungu bisa menggunakan bahasa isyarat yang lebih mudah dipahami dan bisa diterjemahkan oleh juru bahasa isyarat.
“Karakter anak tuli itu bermacam-macam. Jadi ada yang bicaranya tidak jelas, ada yang memang dia tuli sejak kecil dan kemampuan bahasa isyaratnya pun beragam. Jadi itu yang harus dihargai,” ujarnya.
Mendengar kritik tersebut, Risma langsung menghampiri Stefan di lokasi. Risma mengatakan tindakannya meminta para penyandang disabilitas untuk berbicara di depan umum sebagai salah satu upaya untuk melatih kemampuan bicara.
(can/mik)