Novel Baswedan Dapat Penghargaan dari UMY untuk Kerja Berantas Korupsi




Jakarta, Indonesia

Mantan penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan menerima penghargaan dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Penghargaan diberikan bertepatan dengan agenda Rapat Senat Terbuka Laporan Tahunan Rektor & Pidato Milad ke-44 UMY, Senin (28/4).

“Terkait dengan dedikasi dalam pemberantasan korupsi dan perjuangan HAM [Hak Asasi Manusia] serta konsistensi dalam integritas,” ujar Novel saat dihubungi melalui pesan tertulis, Senin (28/4).



ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat dikonfirmasi, pihak UMY menyatakan akan menyebarluaskan rilis perihal itu nanti.

UMY Awards merupakan penghargaan tahunan yang diberikan kepada tokoh nasional yang berkontribusi aktif dalam bidang strategis pembangunan bangsa.





Tahun ini, penghargaan tersebut difokuskan pada bidang Hukum dan HAM yang dinilai memiliki urgensi tinggi dalam menjaga keadilan dan kestabilan sosial.

“UMY Awards bukan hanya bentuk apresiasi, tetapi juga komitmen kami untuk mendorong semangat perjuangan membangun Indonesia yang lebih baik,” kata Ketua Pelaksana Pidato Milad 44 UMY, Zain Maulana, dilansir dari laman resmi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Sebelum ini, Novel pernah menerima penghargaan dari Perdana International Anti-Corruption Champion Fund (PIACCF) tahun 2020.

Penghargaan itu diserahkan Perdana Menteri Tun Dr Mahathir Mohamad di Putrajaya, Malaysia, Selasa, 11 Februari 2020.

Selain Novel, Wakil Jaksa Penuntut Umum Malaysia almarhum Datuk Anthony Kevin Morais juga menerima penghargaan tersebut.

Perjalanan Novel dalam pekerjaan memberantas rasuah penuh lika-liku. Dari membongkar kasus besar hingga dikriminalisasi sehingga ditangkap polisi pernah ia rasakan.

Kasus korupsi kakap yang pernah ia tangani seperti megakorupsi proyek KTP elektronik (e-KTP), suap yang menjerat bekas Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar, korupsi proyek simulator SIM Korlantas Polri, hingga suap cek pelawat Deputi Senior Bank Indonesia Miranda Goeltom tahun 2004.

Namanya semakin dikenal masyarakat luas saat Novel hendak menangkap mantan Bupati Buol, Amran Batalipu. Saat operasi penangkapan Bupati Buol tersebut, sepeda motor yang dikendarai Novel ditabrak mobil berpenghuni sejumlah orang tak dikenal.

Dia juga pernah ditabrak saat hendak menuju Kantor KPK dari kediamannya di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Peristiwa itu terjadi saat Novel dan timnya sedang menyelidiki kasus reklamasi Jakarta.

Memasuki April 2017, Novel harus rehat sementara dari tugas karena disiram air keras usai melaksanakan salat subuh di Masjid Al Ihsan. Dua orang tak dikenal membuat sepasang matanya terluka. Bahkan, mata kirinya hampir rusak. Dia belum mendapat keadilan dari penanganan kasus tersebut.

Pada Mei 2021, Novel bersama puluhan pegawai KPK lainnya dipecat pimpinan KPK era Firli Bahuri Cs karena dinilai tidak lulus asesmen Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) dalam rangka alih status menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN). Keputusan tersebut mendapat kritik tajam dari publik.

Setelah itu, Novel bersama beberapa mantan pegawai KPK menerima ajakan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk bergabung ke Korps Bhayangkara. Mereka ditempatkan di Satuan Tugas Khusus (Satgassus) Pencegahan Korupsi Polri.

(ryn/kid)


[Gambas:Video ]



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *