Organ Normal, Tak Gangguan Jiwa



Jakarta, Indonesia —

Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan menyebut kondisi tersangka joki vaksin Covid-19, Abdul Rahim (49) dalam keadaan normal setelah menjalani pemeriksaan antibodi.

Rohim sebelumnya diketahui mendapatkan suntikan vaksinasi belasan kali usai menjadi joki dengan motif ekonomi.

Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, Arman Bausat mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan pemeriksaan terhadap tersangka joki vaksin di Kabupaten Pinrang.

“Kita sudah tes laboratorium organ-organnya normal semua, dalam batas normal. Kalaupun ada peningkatan fungsi hati sedikit saja meninggi,” kata Arman Bausat, Jumat (31/12).

Dari hasil pemeriksaan itu kata Arman tidak ada dampak berlebihan akibat tersangka mendapatkan suntikan vaksin sebanyak 17 kali.

“Tetapi itu merugikan negara, vaksin terbuang percuma. Jadi itu nanti akan bisa merusak dirinya, cuma kebetulan fisiknya bagus sehingga agak bertahan dia,” ujarnya.

Selain pemeriksaan antibodi, Arman menyebut tersangka juga menjalani pemeriksaan kondisi kejiwaan yang dilakukan dokter spesialis jiwa yang diturunkan ke Pinrang.

“Dia tidak ada riwayat gangguan jiwa. Kami sudah turunkan dokter spesialis jiwa, kami mengevaluasi yang bersangkutan, hasil evaluasi tidak ada gangguan jiwa. Dia normal, dia memang cuma ingin mencari uang kemudian mempromosikan dirinya,” jelasnya.

Menurutnya, tersangka memanfaatkan kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan sertifikat vaksin sehingga, tersangka mempromosikan dirinya tanpa sadar bahwa dampaknya tidak baik.

“Jadi dia membuat video untuk mempromosikan supaya orang lain yang mau minta joki, kan banyak sekarang masyarakat butuh sertifikat vaksin, jadi dia mempromosikan diri tanpa sadar bahwa dampaknya tidak baik, tetapi dia kan kuli bangunan kemudian berpendidikan rendah sehingga dia tidak sadari ini berdampak buruk buat dia,” ungkapnya.

Arman menerangkan bahwa pihaknya telah melakukan langkah-langkah antisipasi agar kejadian serupa tidak terjadi lagi di Sulawesi Selatan dengan mengingatkan semua vaksinator dalam mengidentifikasi pendataan wajah dan KTP peserta vaksin.

“Mungkin dulu saking banyaknya orang divaksin sehingga cuma lihat KTP catat. Nah, kita sekarang vaksinator pada waktu pendaftaran manual dicocokkan wajah KTP dan wajah orang yang datang. Itulah salah satu cara untuk mengantisipasi,” pungkasnya.

(mir/ain)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *