Pakar China Sesumbar Strategi Nol-Covid Bisa Lawan Omicron



Jakarta, Indonesia —

Salah satu pakar kesehatan China ternama, Zhang Wenhong, sesumbar strategi nol-Covid-19 mampu melawan varian baru, Omicron, saat sejumlah negara menerapkan aturan pembatasan.

Pernyataan itu muncul dari studi yang dirilis pihak berwenang China, yang memperingatkan usaha apapun yang dilakukan Beijing untuk mengubah ke strategi eliminasi yang diikuti negara-negara barat akan menjadi bencana.

Dalam studi itu, ahli matematika China memperingatkan jika beralih dari kebijakan ketat Nol-Covid-19 China ke aturan serupa AS justru bisa menyebabkan kasus Covid-19 sebanyak 637.135 per hari.

Hal tersebut akan berdampak pada kesehatan medis China dan menyebabkan bencana besar di dalam negeri.

“Perkiraan itu mengungkapkan kemungkinan yang nyata soal penyebaran yang hampir pasti menyebabkan beban sistem medis,” tulis studi itu.

Peringatan tersebut muncul dari studi yang dilakukan Yuan Zhang, Zhong You, Xin Gai dan Xiaohua Zhao. Laporan itu dirilis pada 24 November oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China.

“Temuan kami mengangkat peringatan yang jelas bahwa untuk saat ini, kami tak siap untuk menerapkan strategi pembukaan yang mengandalkan kekebalan kelompok yang dipicu vaksinasi dari negara barat tertentu,” kata penulis.

Pakar kesehatan lain, Zhang Wenhong, juga menyampaikan dampak kebijakan ketat China.

“Respons cepat China saat ini, strategi yang bisa melindungi jenis varian virus Covid-19 yang beragam. Saya tak mengira itu akan berdampak besar bagi China saat ini,” ujar Zhang Wenhong seperti dikutip Financial Times.

Beijing telah mengadopsi strategi ketat nol Covid-19 termasuk memerintah sejumlah orang untuk menjalani karantina, yang memiliki kontak erat dengan pasien positif.

Kebijakan itu juga disebut mampu mencegah kasus kematian. Meski demikian, aturan tersebut mengisolasi penduduk dari dunia luar.

Sebagian besar di kawasan, juga menerapkan strategi eliminasi sedang bergerak menuju penerimaan penyakit ini sebagai endemi

Zhang mengatakan strategi yang dimiliki China adalah strategi yang menguntungkan karena kedatangan varian baru memaksa negara lain mulai menerapkan kembali pembatasan.

Pakar pandemi lain, Zhong Nanshan, mengatakan pihak berwenang perlu memperhatikan kedatangan pengunjung dari Afrika, tetapi tidak menyarankan tindakan pemerintah lebih lanjut untuk mengantisipasi varian baru.

“Betapa berbahayanya (varian) itu, betapa cepat itu menyebar, bahkan itu bisa membuat penyakit lebih serius, itu terlalu dini menarik kesimpulan,” kata Zhong.

Meski demikian, mereka mengatakan tak menghitung perbedaan tingkat efektivitas vaksin antara buatan negara barat dan China.

Sejauh ini, hampir seluruh penduduk China sudah diinokulasi menggunakan Sinophram dan perusahaan domestik seperti Sinovac. Sekitar 76,8 persen populasi di China sudah divaksinasi.

Beberapa pengamat mengatakan ada keraguan apakah jenis vaksin tradisional menawarkan perlindungan jangka panjang seperti yang didasarkan pada vaksin berbasis mRNA.

Namun, Sinovac mengaku tengah mendapat sampel untuk menguji keefektifan vaksin melawan varian baru. China juga sedang mengembangkan vaksin mRNa.

(pwn/bac)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *