Partai Komunis China dari Mao Zedong hingga Xi Jinping



Jakarta, Indonesia —

Partai Komunis China (PKC) telah lama menjadi partai yang paling berpengaruh di Negeri Tirai Bambu. Sudah 100 tahun lebih partai ini menguasai daratan Tiongkok yang melahirkan berbagai pemimpin ternama negara itu.

Baru-baru ini, PKC melakukan rapat pleno tertutup selama empat hari pada November lalu. Rapat ini diprediksi bakal membuka jalan bagi Presiden China saat ini, Xi Jinping untuk lebih lama memimpin negara itu.

South China Morning Post menyebutkan, lebih dari 370 anggota Komite Sentral PKC datang ke rapat ‘super rahasia’ itu.

Penanaman ‘Akar’ Komunisme PKC di China

Lantas, bagaimana PKC bisa kuat menanamkan akarnya dalam pemerintahan China?

Mengutip Firstpost, Kung Chang Tang atau PKC dibentuk pada 23 Juli 1921 oleh partai politik dan gerakan revolusioner di tahun itu. Beberapa tokoh revolusioner Tiongkok yang ikut terlibat dalam pembentukan PKC ialah Li Dazhao dan Chen Duxiu.

PKC menemukan jati dirinya dalam Gerakan Empat Mei di 1919. Kala itu, ideologi radikal Barat seperti Marxisme dan anarkisme menarik perhatian intelektual China. Di awal pembentukan, PKC hanya memiliki 50 anggota.

Walaupun demikian, partai ini bisa melakukan Kongres pertama mereka di Shanghai dengan bantuan Partai Komunis Uni Soviet.

PKC dipimpin oleh Mao Zedong sejak 1935 sampai 1976, yang merupakan tahun Mao meninggal dunia, dikutip dari Britannica. Kala kepemimpinan Mao, dataran China mengalami perang sipil antara kubu PKC dengan kubu nasionalis dari Partai Kuomintang, yakni pada 1945 dan 1949.

PKC berhasil menang dan Mao mendeklarasikan Republik Rakyat China (RRC) pada 1 Oktober 1949. Sejak itu, PKC memonopoli kekuasaan China dan memiliki lebih dari 90 juta anggota, dikutip dari CFR.

PKC berhasil mendominasi setiap organ kekuasaan negara, pun juga menjangkau hampir setiap sudut kehidupan publik China. PKC juga mengontrol pembuatan kebijakan, mengungguli kewenangan kementerian pemerintah.

Selain itu, sebagian besar anggota PKC menjabat staf lembaga pemerintah dari ibu kota Beijing ke kantor-kantor desa di penjuru China.

Meski berhasil memenangkan perang sipil, Mao harus melewati berbagai masalah selama memimpin China. Salah satu masalah paling kontroversial ialah program Lompatan Jauh ke Depan gagasan Mao di 1958 yang berencana mengubah budaya ekonomi masyarakat China dari agraris ke industri modern dalam waktu lima tahun.

Nahasnya, program ini tak terimplementasi dengan baik dan menyebabkan kematian sekitar 20 juta warga akibat kelaparan pada 1959 hingga 1962. Akibatnya, program ini kemudian dicabut pada 1961.

Kegagalan program ini salah satunya diakibatkan karena Mao berusaha menerapkan strategi Uni Soviet yang tak sesuai dengan masyarakat China. Kesalahan strategi ini membuat lahan petani di China rusak.

Mao juga mendorong masyarakat untuk mendirikan tungku baja di halaman belakang rumah mereka. Masyarakat ditekan harus memproduksi baja untuk mengurangi impor bahan itu dalam kuota tertentu. Akibatnya, warga yang putus asa harus menghancurkan barang berguna mereka menjadi baja, seperti panci dan alat pertanian.

Kegagalan program ini menimbulkan perpecahan dalam petinggi partai. Satu kubu menyalahkan elemen birokrasi yang dinilai terlalu bersemangat menerapkan kebijakan mereka. Kubu lain menilai kegagalan ini merupakan bukti China harus mengandalkan pada keahlian dan insentif material dalam mengembangkan ekonominya.

Meski petinggi partai menghadapi perbedaan pendapat, Mao berhasil mempertahankan posisinya dan meluncurkan Revolusi Kebudayaan pada 1966. Revolusi ini bertujuan untuk melestarikan nilai komunis China dengan ‘membersihkan’ sisa-sisa elemen kapitalis dan tradisional masyarakat China.

Sejak itu, nilai-nilai komunis China terus diterapkan pada pemimpin-pemimpin China pengganti Mao, seperti Deng Xiaoping dan Xi Jinping.

Deng mengemban tanggung jawab sebagai pemimpin China sejak Mao meninggal dunia. Ia memimpin China dengan reformasi pasar dan ekonomi yang membuatnya memiliki reputasi sebagai “Arsitek China Modern.”

Dalam kepemimpinan Deng, China mulai terbuka dengan investasi asing dan teknologi. China juga memperkenalkan tenaga kerja mereka yang besar ke pasar global.

PKC di bawah kepemimpinan Xi Jinping, baca di halaman berikutnya…


Komunisme China di Era Xi Jinping


BACA HALAMAN BERIKUTNYA



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *