Pembunuhan Pengunjuk Rasa di Sudan Sangat Memalukan



Jakarta, Indonesia —

Kepala Badan HAM PBB Michelle Bachelet mengutuk penggunaan peluru tajam oleh aparat keamanan Sudan terhadap para demonstran yang menggelar aksi damai.

Sedikitnya 15 pengunjuk rasa tewas pada hari paling berdarah sejak kudeta dimulai pada 25 Oktober lalu.

“Sangat memalukan bahwa peluru tajam kembali digunakan kemarin terhadap pengunjuk rasa,” kata Michelle dalam sebuah pernyataan, Kamis (18/11).

Aparat keamanan Sudan menembak mati sedikitnya 15 pengunjuk rasa anti-kudeta dan melukai puluhan lainnya pada Rabu (17/11).

Serikat dokter pro-demokrasi mengatakan penembakan itu menambah jumlah korban tewas menjadi 39 orang akibat kerusuhan sejak militer merebut kekuasaan. Sementara itu ratusan lainnya terluka.

“Pembantaian hari itu memperkuat slogan kami: tidak ada negosiasi, tidak ada kemitraan, tidak ada kompromi (dengan militer),” kata peserta aksi dari Asosiasi Profesional Sudan (SPA).

Para demonstran turun ke jalan di ibu kota Sudan meskipun saluran telepon dan layanan internet terputus sejak militer mengambil alih kekuasaan.

“Rakyat memilih pemerintahan sipil,” teriak para demonstran. Mereka juga meneriakkan slogan-slogan menentang pemimpin kudeta militer Sudan, jenderal Abdel Fattah al-Burhan.

Para pengunjuk rasa, sebagian besar pria dan wanita muda, bertepuk tangan dan berteriak sebelum situasi berubah menjadi kekerasan.

Ketika bentrokan pecah, pasukan keamanan juga menembakkan gas air mata, serta melukai beberapa pengunjuk rasa.

Polisi membantah menggunakan peluru tajam. Televisi pemerintah mengumumkan penyelidikan atas kematian tersebut.

Serikat dokter mengatakan sebagian besar korban mengalami luka tembak di kepala, leher maupun dada. Meski demikian, para demonstran tidak gentar melakukan protes.

Demonstrasi juga meletus di Port Sudan. Massa menentang kudeta yang menghentikan transisi demokrasi setelah penggulingan diktator lama Omar al-Bashir pada 2019.

“Itu adalah hari yang sangat buruk bagi para pengunjuk rasa,” kata Soha, seorang pengunjuk rasa berusia 42 tahun, kepada AFP.

(afp/pmg)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *