Pemkot Bandung Bidik Eks TPA Leuwigajah Jadi Lahan Ketahanan Pangan



Bandung, Indonesia —

Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung, Jawa Barat, berencana memanfaatkan lahan bekas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah yang tidak beroperasi lagi untuk menjadi bagian dari program ketahanan pangan.

Hal itu diutarakan Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana saat meninjau lahan eks TPA yang tak dipakai sejak kejadian longsor pada 2005 silam.

“Apakah nanti kita coba untuk ketahanan pangan di sini, kita baru liat dulu,” kata Yana yang turut hadir bersama Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) dan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung saat meninjau lahan tersebut,  Senin (22/11).

Saat di lokasi,Yana berdiskusi mengenai batas lahan dari peta. Ia kemudian melanjutkan dengan melihat kondisi lahan yang saat ini kawasan eksTPALeuwigajah sudah rimbun oleh pepohonan dan rumput. Pemkot Bandung, kata dia, harus melihat batas-batas lahan yang dimiliki.

“Kelihatannya ini subur juga. Jadi lebih ke ketahanan pangan. Nanti kita ajak DKPP (Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian) apakah bisa ternak sapi atau apa,” ujarnya.

Menurut Yana, eks TPA Leuwigajah yang berada di wilayah Kota Cimahi itu merupakan aset milik Pemkot Bandung. Total luas lahan di eks TPA Leuwigajah sekitar 46 hektare.

Yana menerangkan pengelolaan sampah di TPA Leuwigajah sebelum tak digunakan adalah menggunakan metode open dumping yang juga dipakai saat ini di TPA Sarimukti.

“Teknologinya jadi memang tidak diproses, harusnya mungkin ke depan Sarimukti ada pemrosesan juga. Karena ketika saya ke sana sudah sangat tinggi (sampahnya). Sebelah sananya curam juga,” ungkapnya.

Namun, Yana menegaskan lahan di eks TPA Leuwigajah tersebut tidak akan direaktivasi. Meskipun beberapa waktu lalu Kota Bandung sempat terkendala dalam pengangkutan sampah ke TPA Sarimukti.

“Tidak kayaknya, kita akan butuh sosialisasi yang panjang. Dampak sosialnya tidak sederhana karena masih ada yang trauma kejadian dulu,” katanya.

Sebagai informasi, TPA Leuwigajah pada 21 Februari 2005 lalu terjadi bencana longsor yang diawali ledakan keras pada dini hari, sekitar pukul 02.00 WIB.

Kala itu, longsoran sampah langsung menyapu dua pemukiman yakni Kampung Cilimus dan Kampung Pojok. Dua pemukiman yang jaraknya sekitar 1 km dari TPA Leuwigajah langsung luluh lantak tertimbun sampah dan menewaskan 157 jiwa tewas.

Gunungan sampah sepanjang 200 meter dan setinggi 60 meter itu diduga goyah karena diguyur hujan deras semalam suntuk. Termasuk diduga terpicu konsentrasi gas metan dari dalam tumpukan sampah. Hal itu juga yang diduga menyebabkan munculnya suara ledakan.

Setelah peristiwa itu terjadi, daerah di kawasan Bandung raya praktis tidak lagi memiliki TPA. Salah satu yang paling terdampak dengan tidak adanya TPA di kawasan Bandung raya, adalah Kota Bandung yang saat itu merupakan daerah dengan jumlah terbesar membuang ke TPA Leuwigajah.

Akibatnya, sampah hanya menumpuk di Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Beberapa hari kemudian, TPS tak lagi mampu menampung sampah

Dalam hitungan hari, hampir di seluruh penjuru Kota Bandung dipenuhi sampah. Kota Bandung terlihat kotor dan jorok. Bau menyengat membuat warga terpaksa lebih sering menutup hidung. Kala itu, kemudian muncul sindiran: Bandung Lautan Sampah.

Peristiwa kelam itu akhirnya mulai berangsur normal saat pemerintah membuka TPA Sarimukti. Sampah-sampah akhirnya bisa diangkut ke TPA Sarimukti. Namun perlu diingat, Kota Bandung tetap tak memiliki TPA. Bahkan TPA Sarimukti hanya sementara.

(hyg/kid)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *