Peneliti Inggris Ungkap Temuan Planet X, Pengganti Pluto
Peneliti kemungkinan menemukan planet kesembilan atau Planet X setelah memeriksa data pengamatan yang dilakukan sekitar 40 tahun lalu.
Peneliti memperkirakan planet baru ini bisa tiga sampai lima kali lebih besar dari Bumi, serta dapat mengorbit Matahari kira-kira 225 kali jarak Bumi.
Hal ini disampaikan Michael Rowan-Robinson, astronom terkemuka dan profesor astrofisika Emeritus di Imperial College London. Ia mendapat kesimpulan itu setelah memeriksa ratusan data terdahulu yang dikumpulkan oleh teleskop ruang angkasa.
Data diambil dari pengamatan historis yang dilakukan oleh Infrared Astronomical Satellite (IRAS), yang diluncurkan pada tahun 1983. IRAS adalah observatorium pertama yang mengorbit untuk melihat keseluruhan langit malam dalam spektrum inframerah.
Pada 1983, Robinson juga sempat melakukan pencarian planet ke-10. Sebab, waktu itu Pluto masih dianggap sebagai planet ke-9. Namun, hingga 1991 ia tak menemukan bukti itu hingga akhirnya berkesimpulan tidak ada planet ke-10.
Namun, saat ini spekulasi planet ke-9 (setelah Pluto tidak lagi dianggap planet) kembali muncul. Sejumlah astrofisikawan percaya ada di belakang orbit Neptunus. Hal inilah yang mendorong Robinson mempelajari lagi data lama yang ia kumpulkan sebelumnya.
Planet Sembilan telah lama menjadi spekulasi. Pasalnya, Neptunus ditemukan pada tahun 1846 setelah para astronom menemukan keanehan pada orbit Uranus.
Saat itu, mereka menemukan orbit planet ini sedikit berbeda dari prediksi matematika. Mereka menyadari bahwa ada sesuatu yang mengganggu Uranus secara gravitasi. Setelah diselidiki lebih lanjut, objek itu ternyata adalah planet kedelapan atau Neptunus.
Pengamatan Neptunus kemudian membuat para astronom percaya mungkin ada planet lain di luar sana, yang mengacaukan orbit dunia yang baru ditemukan.
Pluto pun ditemukan pada tahun 1930 dengan melihat objek pada pelat fotografi, tetapi tetap tidak dapat menjelaskan pergerakan Neptunus, seperti dilansir dari Gizmodo.
Temuan planet X
Rowan-Robinson memutuskan untuk melihat kembali data dari misi sepuluh bulan IRAS untuk melihat apakah ada sesuatu dalam data yang masih belum ditemukan.
Profesor itu memperhatikan dengan cermat objek-objek yang bergerak perlahan antara satu pengamatan dan pengamatan lainnya.Dengan melakukan hal tersebut memungkinkan dirinya untuk mengesampingkan benda-benda yang bergerak cepat, seperti komet atau asteroid.
Rowan-Robinson mengatakan bahwa pergeseran posisi kandidat planet akan terjadi karena paralaks, karena Bumi mengorbit matahari menyebabkan posisi IRAS berubah sudut.
Dilansir dari BGR, astronom memeriksa ratusan sumber dalam data, namun, tiga pengamatan yang dilakukan pada bulan Juni, Juli, dan September 1983 menarik sebagian besar minat Rowan-Robinson.
Meski demikian, ia merekomendasikan agar para astronom memeriksa orbit planet kerdil di luar Pluto. Pemeriksaan itu mungkin bisa menjelaskan pengamatan yang ia lakukan.
(mrh/eks)