Peneliti Universitas di Australia Ingatkan Perburukan Deforestasi RI



Jakarta, Indonesia —

Country Lead ClimateWorks dari Monash University, Australia, Guntur Sutiyono, mengingatkan ancaman perburukan deforestasi atau penggundulan hutan di Indonesia.

Perburukan tersebut bisa terjadi seiring rencana pemerintah untuk mengalihkan energi menjadi energi terbarukan. Guntur menyampaikan peluang transisi energi bersih kemudian mengakibatkan eksploitasi dan degradasi lingkungan yang lebih parah.

“Karena kembali lagi, teknologi dan teknologi bersih, energi bersih. Ini membutuhkan materi dan mineral, seperti yang tadi disebut seperti nikel, kobalt, tembaga, seng, dan seterusnya, yang sumbernya mau tidak mau, ya tidak ada pilihan lain, harus ditambang. Kita akan tebang hutan, akan menggali, mengubah struktur lansekap dan seterusnya,” kata Guntur kepada Indonesia.com, Senin (29/11).

Indonesia sendiri berkomitmen untuk menghentikan penggunaan batu bara secara terhadap dan melakukan transisi energi dalam Konferensi Perubahan Iklim (COP 26). Namun, transisi energi bersih yang dilakukan masih berpotensi membahayakan lingkungan.

“Kami, yang bertandatangan di bawah ini, sadar bahwa pembangkit listrik tenaga batu bara adalah penyebab tunggal terbesar dari kenaikan suhu Bumi, kami juga mengakui pentingnya meningkatkan penggunaan energi bersih untuk mempercepat transisi energi,” bunyi kutipan deklarasi bersama COP26.

Namun, Guntur menilai, ada beberapa rambu-rambu terkait transisi energi yang perlu diperhatikan oleh Indonesia.

“Jadi rambunya dua, yang pertama pasar energinya kita benahi. Yang kedua, transisi ke energi bersih ini jangan mengakibatkan eksploitasi dan degradasi lingkungan seperti yang biasanya terjadi dengan ekstraksi di fossil fuel,” kata Guntur.

Guntur mengungkapkan, pasar energi Indonesia harus dibuat ramah terhadap energi terbarukan. Guntur menjelaskan, pasar energi RI saat ini masih terdistorsi karena subsidi untuk bahan bakar fosil.

“Subsidi di batu bara itu masih sekitar 40-an sampai 50-an triliun per tahun. Ini belum termasuk kita menghitung penanaman modal yang dilakukan BUMN misalkan. Selama masih ada subsidi semacam ini, harga listrik yang kita lihat itu tidak mencerminkan harga yang sesungguhnya. Tapi yang lebih penting, tidak menciptakan level playing field untuk energi terbarukan. Jadi pasarnya dibenahi,” tutur Guntur lagi.

Maka dari itu, Guntur mengimbau agar dalam transisi energi tadi, jangan sampai malah mengakibatkan terjadinya eksploitasi dan degradasi lahan yang diketahui membawa dampak negatif bagi lingkungan.

Ketika ditanya soal rencana pemerintah Indonesia membuat mobil listrik, Guntur menyampaikan ada potensi energi listrik yang digunakan dalam mobil listrik tadi tak berpengaruh dalam pengurangan emisi gas rumah kaca di udara.

“Tidak bisa kita bergerak dari industri yang hijau tanpa memperhatikan transisi di source (sumber energi). Upaya-upaya yang kita lakukan misalkan, kendaraan listrik, bisa positif mencapai sasaran perubahan iklim di sektor transportasi dari sisi emisi transportasinya. Tapi berisiko juga kalau sumber listriknya tidak ditransisikan ke energi bersih,” tutur Guntur.

(pwn/bac)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *