Persada Hospital Malang Nonaktifkan Dokter Terduga Pelecehan Pasien
Surabaya, Indonesia —
Persada Hospital menonaktifkan sementara AY, seorang dokter di Persada Hospital Persada Malang dari seluruh pelayanan medis usai diduga melakukan pelecehan seksual terhadap salah satu pasien, QAR.
Dokter spesialis forensik sekaligus anggota Sub Komite Etik dan Disiplin Persada Hospital, dr Galih Endradita mengatakan penonaktifan dilakukan setelah proses etik atas yang bersangkutan selesai dilakukan.
“Sikap sementara yang kami ambil itu adalah yang bersangkutan dinonaktifkan dari semua pelayanan di Persada,” kata Galih saat konferensi pers, Jumat (18/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Galih mengatakan seluruh kewenangan risk AY ditarik. Penonaktifan ini disebut sebagai langkah sementara sembari rumah sakit melakukan investigasi secara internal.
Pihak Persada Hospital menegaskan selain tidak lagi memiliki kewenangan untuk melakukan praktik maupun melayani pasien, nama AY juga telah dihapus dari daftar tenaga medis aktif rumah sakit.
“Kalau seorang tenaga medis itu tidak praktik atau masanya habis atau kewenangannya dicabut maka dia tidak boleh dipampang di website-nya rumah sakit,” terang Galih.
Seorang perempuan di Kota Malang, Jawa Timur, QAR menjadi korban dugaan pelecehan seksual oleh dokter berinisial AY. Hal itu terjadi saat dia dirawat di sebuah rumah sakit circa 2022 silam.
Penasihat hukum QAR, Satria Marwan mengatakan peristiwa itu dialami kliennya di sebuah rumah sakit swasta ternama di Malang, Persada Hospital.
“Kejadian itu terjadi pada September 2022, dia ke Malang untuk berlibur lalu sakit dan datang ke rumah sakit swasta yang terbaik menurut Google,” kata Satria, Kamis (17/4).
Awalnya, korban mengaku mengeluh sakit sinusitis dan vertigo berat. Dia pun memeriksakan diri ke IGD rumah sakit pada 26 September 2022 dini hari.
Ia lalu ditangani seorang dokter IGD berinisial AY. Setelah itu dokter tersebut ternyata meminta nomor telepon korban dengan alasan untuk mengirimkan hasil pemeriksaan kesehatan pasien.
“Korban diminta untuk meninggal nomor telepon, katanya kalau ada perkembangan bisa dikontak langsung oleh rumah sakit,” ucap dia.
Sepulangnya ia dari rumah sakit, di hari yang sama, tiba-tiba dokter AY lah yang mengirimkan pesan hasil pemeriksaan kesehatan. Korban pun kaget mengapa buka nomor resmi rumah sakit yang mengabarinya.
Setelah kejadian itu, AY pun secara terus-menerus mengirimkan pesan kepada kliennya. Hal itu bahkan tidak berhubungan dengan persoalan pemeriksaan korban.
“Korban di-spam chat, di situ korban tidak menanggapi,” katanya.
Namun, kondisi kesehatan korban ternyata belum membaik. QAR pun akhirnya harus menjalani rawat inap di ruang VIP rumah sakit swasta tersebut selama 27-28 September.
Di situlah, AY diduga melakukan aksinya. Ia mendatangi QAR yang sedang sendirian di ruang rawar inap VIP. Padahal dia merupakan dokter IGD, dan bukanlah dokter yang bertugas merawat QAR saat itu.
“Kejadian dugaan pelecehan itu terjadi 27 September, dia di ruang VIP sendirian dan dokternya datang pakai pakaian kasual karena mungkin sedang tidak bertugas,” ucapnya.
Saat di ruang tempat QAR dirawat, AY diduga meminta korban membuka baju pasiennya, dengan alasan dia akan melakukan pemeriksaan menggunakan stetoskop.
“Korban merasa terkejut dan tidak mengerti harus berbuat apa. Oknum dokter melakukan pemeriksaan dan anehnya stetoskop cukup lama diarahkan di bagian dada,” kata dia.
Saat itu, AY lalu mengeluarkan ponselnya dan diduga memotret tubuh korban. QAR sempat curiga dan menegur, namun terduga beralasan sedang membalas pesan WhatsApp rekannya.
“Korban meyakini saat itu pelaku sedang mengambil gambar di daerah dada, klien saya langsung menutup bajunya dan bilang ke dokter akan istirahat karena lelah,” ucapnya.
Satria menyatakan akibat kejadian itu, kliennya sampai saat ini mengalami trauma dan ketakutan. Hal itu membuat QAR memendam dan tak bisa langsung melaporkan perubatan AY.
“Kesimpulannya korban ini sebelumnya takut dan tersiksa secara batin karena memendam ini hampir tiga tahunan, tetapi karena ada beberapa kejadian serupa beberapa waktu ini dia akhirnya memberanikan diri untuk speak-up,” kata dia.
(fra/frd/agt)