Review Drama: Hellbound


Jakarta, Indonesia —

Artikel ini mengandung beberan/spoiler.

Sutradara Yeon Sang-ho kembali menarik perhatian dunia lewat karya terbarunya, serial Hellbound. Setelah sukses besar dengan film Train to Busan pada 2016, ia kini menawarkan sesuatu yang segar, disturbing, sekaligus kritik sosial di saat yang bersamaan lewat Hellbound.

Yeon Sang-ho debut sebagai sutradara drama melalui Hellbound, hasil adaptasi dari webtun karyanya bersama Cho Kyu-seok.

Premis yang disajikan sangat menarik: dunia mulai berubah karena beberapa orang tiba-tiba mendapatkan ramalan dari makhluk aneh bahwa mereka akan diseret ke neraka dalam waktu tertentu, ada yang hitungan hari, ada pula yang puluhan tahun.

Awalnya, masyarakat tak begitu jelas dengan fenomena tersebut. Hingga, kelompok New Truth semakin menyuarakan ‘ajarannya’ bahwa ramalan itu merupakan bentuk hukuman Tuhan kepada manusia.

Orang-orang yang mendapatkan ramalan tersebut dinilai sebagai pendosa karena sebagian besar memang memiliki catatan kriminal.

Situasi itu diperkeruh dengan Arrowhead, kelompok yang bergerak menjadi ‘kaki tangan’ New Truth untuk memastikan orang-orang mengikuti ajaran Tuhan yang mereka yakini dan tidak melakukan dosa.

Hal tersebut digambarkan dengan jelas dalam episode pertamanya. Premis yang menarik itu kemudian dipadukan dengan visual yang bisa mengganggu kenyamanan sebagian penonton.

Yeon Sang-ho seperti tidak ingin tanggung-tanggung dalam menggambarkan penghukuman terhadap pendosa di layar kaca. Adegan kekerasan serta darah benar-benar ditampilkan secara detail hampir di semua episode Hellbound.

Selain adegan kekerasan, premis tersebut pun perlahan mulai mengusik pikiran. Begitu banyak adegan Hellbound yang menjadi kritik sosial dan bisa terhubung dengan masyarakat di dunia nyata, termasuk Indonesia.

Mulai dari pengaruh influencer, penegakan hukum, main hakim sendiri, termasuk memaksakan keyakinan diri sendiri terhadap orang lain.

Secara garis besar Hellbound terbagi menjadi dua era, yakni dunia ketika awal mengenal fenomena ramalan bagi para pendosa, serta di saat dunia sudah beradaptasi dengan hal tersebut.




Hellbound (2021)Sosok yang memberikan ramalan waktu kematian orang dalam drama Hellbound (2021). (Foto: Netflix/Jung Jaegu | Netflix)

Kritik mengenai penegakan hukum seolah disampaikan melalui kejadian-kejadian di era pertama. Kala itu, Detektif Jin Kyung-hun dan Hong Eun-pyo menangani kasus penghakiman pendosa pada siang hari di pusat kota yang disaksikan begitu banyak orang.

Jin Kyung-hun tak percaya dengan fenomena gaib tersebut. Namun, Hong Eun-pyo berpendapat lain. Si detektif tersebut mendukung situasi mistis itu karena dinilai menjadi hukuman yang setimpal bagi kriminal.

“Karena percuma menangkap para bajingan jahat, pengadilan akan melepaskan mereka dengan berbagai alasan bodoh,” kata Hong Eun-pyo.

Jangankan masyarakat, apalagi keluarga korban, aparat pun mengemukakan kekecewaannya terhadap penegakan hukum.

Belum lagi penyelidikan atas kasus kekerasan yang jelas-jelas memakan korban tapi terhambat karena pelaku merupakan anak di bawah umur.

Episode-episode awal juga menampilkan efek mengerikan influencer dalam memengaruhi masyarakat. Pandangan satu influencer bisa ‘menggerakkan’ sekelompok orang untuk menghakimi orang lain.




Hellbound (2021)Review Hellbound menilai drama Korea tersebut menampilkan dampak nyata dari influencer dalam memengaruhi pemikiran masyarakat. (Foto: Netflix/Jung Jaegu | Netflix)
 

Influencer itu juga mendorong pengikutnya atau penonton untuk mencari tahu kesalahan orang-orang yang mendapatkan nujuman. Hal itu kemudian berkembang menjadi doxing. Apabila tidak mendapatkan secara pasti, mereka memilih untuk berasumsi dan menyebarluaskannya.

Lanjut ke sebelah…


Penghakiman Manusia


BACA HALAMAN BERIKUTNYA



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *