Rohaniawan RI Ungkap Situasi Hari Pertama Conclave di Vatikan
Jakarta, Indonesia —
Salah satu rohaniawan Indonesia di Roma, Italia, Antonius Setya Herawan, menyampaikan situasi terkini pada hari pertama pemilihan Paus baru (Conclave) di Vatikan, Rabu (5/7).
Iwan sapaan akrabnya mengatakan Vatikan sudah dipadati para jurnalis dan warga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Sejak tanggal 5 kemarin mereka sudah memadati. Biasanya mereka setiap jam 17.00 cegat-cegat kardinal yang lewat,” kata Iwan saat dihubungi Indonesia.com.
Sejak awal Mei sejumlah kardinal dari berbagai dunia tiba di Roma untuk mengikuti conclave.
Hampir setiap hari sejak Paus Fransiskus meninggal, kardinal menggelar rapat. Menurut Iwan, siapapun kardinal yang lewat selalu ‘diserbu’ para jurnalis.
“Saya baru lihat kali ini,” ujar dia.
Iwan juga mengatakan umat Katolik turut berkumpul di sekitar gereja Vatikan tetapi tak seramai saat pemakaman Paus Fransiskus.
Saat ini, warga juga sudah banyak yang mendatangi Kapel Sistina untuk memantau asap hasil pemungutan suara pemilihan Paus.
Iwan menduga kemungkinan asap akan keluar sekitar pukul 19.00 malam waktu setempat, karena Conclave di mulai di sore hari.
Jika asap yang keluar berwarna hitam artinya tak ada kandidat Paus yang mencapai dua pertiga suara dan pemilihan berlanjut di keesokan harinya.
“Nah nanti sore belum tahu ya, diprediksi sekitar jam 07.00 [malam] akan keluar asap. Enggak tahu warnanya apa,” ungkap Iwan.
Dia dan warga di Vatikan juga tak mengetahui dengan pasti berapa lama Conclave akan berlangsung mereka hanya menunggu di depan Kapel. Proses ini betul-betul menjadi rahasia para kardinal elektor.
“Mereka sejak hari ini selalu berkumpul di depan selalu nunggu-nunggu. Jadi biasanya orang kalau ketemu kardinal di sini senang dan biasanya minta berkat,” ujar Iwan.
Conclave kali ini akan diikuti 133 kardinal elektor dan mayoritas berasal dari global south atau negara berkembang.
Sederet nama yang digadang-gadang menjadi paus pun bermunculan di antaranya Kardinal Luis Antonio Tagle dari Filipina dan Kardinal dari Italia Pietro Parolin. Namun, tak menutup kemungkinan nama lain yang tak beredar di publik yang justru terpilih menjadi pemimpin Gereja Katolik.
Di kesempatan ini, Iwan berharap siapapun paus yang terpilih bisa meneruskan nilai-nilai kesederhanaan dan kebaikan Paus Fransiskus.
Kepausan Fransiskus fokus pada perdamaian dan menyoroti kelompok-kelompok marjinal atau miskin.
Iwan juga tak mempersoalkan kardinal dari negara mana yang akan terpilih menjadi Paus selama dia bisa menjaga nilai kebaikan dan perdamaian.
“Saya, siapapun ya sama. Semua orang yang dipilih sebagai kardinal ya mereka mampu dan sudah jadi imam,” ungkap dia.
Kardinal disebut pejabat tinggi yang dipilih Paus untuk membantu pemerintahan. Para kardinal dibentuk berdasarkan keputusan Paus bukan ditunjuk.
Pembentukan kardinal mencerminkan pandangan politik Paus, yang biasanya menggunakan kekuasaan ini untuk membentuk pemilihan pengganti sendiri.
(isa/bac)