RS Australia Terancam Kewalahan karena Omicron, Pakar Desak Pembatasan



Jakarta, Indonesia —

Para pakar kesehatan Australia mengatakan bahwa rumah sakit bakal kewalahan karena kehadiran Covid-19 varian Omicron. Mereka pun mendesak pemerintah untuk memperketat aturan pencegahan Covid-19.

Royal Australasian College of Physicians mengusulkan negara bagian yang terkena dampak parah varian Omicron agar melakukan sistem check-in aplikasi, menggunakan masker, dan membatasi tamu pertemuan. Bila tidak, rumah sakit bakal kewalahan dan konsekuensinya “mengerikan.”

Asosiasi Medis Australia pada Selasa (21/12) juga mendesak pemerintah negara itu untuk memberlakukan lagi pembatasan, seperti memberikan batas kapasitas ruangan dan acara olahraga.

Kepala asosiasi tersebut, Dr. Omar Khorshid, mengatakan bahwa pemimpin politik negara itu tidak boleh memandang pemberlakuan kembali pembatasan sebagai kegagalan kebijakan.

“Pendekatan yang lebih berhati-hati diperlukan, setidaknya sampai kita mengetahui lebih banyak terkait Omicron,” tutur Khorshid, dikutip dari The Straits Times.

Selain itu, analisis dari The Doherty Institute menunjukkan bahwa booster vaksin saja tidak cukup cepat untuk menekan penyebaran Omicron.

Mereka juga memprediksi jumlah kasus Covid-19 di Australia dapat mencapai sekitar 200.000 per hari, pada akhir Januari atau awal Februari 2022 nanti.

Kanikan kasus Covid-19 di Australia terjadi saat banyak warga akan memulai libur musim panas mereka dan berencana melakukan perjalanan dalam negeri. Banyak warga juga bersiap merayakan Natal, di mana keluarga biasanya bertemu di dalam ruangan.

Pada Selasa (21/12), penambahan kasus harian Covid-19 di Australia mencapai 4.522 kasus, sebagaimana dicatat Worldometers. Angka ini melonjak jauh dibandingkan hari sebelumnya yang mencapai 3.957 kasus.

Walaupun Australia tengah mengalami lonjakan kasus, beberapa pemimpin negara itu terlihat enggan mengubah rencana mereka terkait pembukaan kembali perbatasan.

Pemimpin New South Wales, Dominic Perrottet, sampai saat ini masih menolak untuk memperketat perbatasan wilayah itu. Ia menilai masyarakat seharusnya mengemban tanggung jawab pribadi dan mendapatkan dua dosis vaksin.

[Gambas:Video ]

“Kita selalu mengatakan, saat kita membuka [pembatasan], angka kasus pasti meningkat, angka rawat inap dan unit perawatan intensif juga akan meningkat,” tutur Perrotter, Selasa (21/12).

“Saya percaya ketika kita berhasil melewati semua tantangan dalam hampir dua tahun terakhir, kita juga bisa melewati tantangan ini juga.”

Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, juga tak ingin memberlakukan kembali pembatasan.

“Kami tidak akan kembali memberlakukan lockdown. Kita akan hidup bersama virus ini dengan nalar dan bertanggung jawab,” kata Morrison, dikutip dari Reuters.

(pwn/has/bac)




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *