SARS-CoV-2 Menyebar dari Sel ke Sel dan Sembunyi dari Antibodi
Ahli mengumumkan studi terbaru terkait infeksi virus corona pada tubuh manusia. Studi baru menemukan bahwa virus corona atau SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 ini bertahan dan menyebar dari sel ke sel pada orang yang terinfeksi.
Para ilmuwan menemukan virus mengadopsi sejumlah gerakan “sembunyi-sembunyi” untuk tetap hidup. Salah satu rahasia SARS-CoV-2 yaitu mampu “bersembunyi” dari sistem kekebalan tubuh dengan menyebar melalui transmisi sel ke sel.
Pada dasarnya tubuh manusia memiliki sistem kekebalan yang selalu memeriksa apabila ada sel-sel aneh maupun kuman yang masuk untuk menyebabkan penyakit.
Dilansir dari Phys, penelitian yang diterbitkan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences pada 22 Desember.
Eksperimen pada sel menunjukkan bahwa virus corona membatasi aktivitas partikel virus yang dapat dinonaktifkan oleh antibodi, namun partikel-partikel tersebut tetap terselip di dalam dinding sel dan menyebar di antara sel.
“Ini pada dasarnya adalah bentuk penularan “bawah tanah”,” kata Shan-Lu Liu, penulis utama penelitian sekaligus profesor virologi di Departemen Biosains Hewan Ohio State University.
Dalam penelitian ini, saat SARS-CoV-2 menyebar dari sel ke sel karena pada dasarnya tidak ada penghambat dari sistem imun. Sel target menjadi sel donor, dan akhirnya hanya menjadi gelombang penyebaran karena virus tidak dapat keluar dari sel.
Liu juga menemukan jika spike protein virus corona saja cukup untuk melakukan transmisi sel ke sel, dan reseptor utama virus pada sel target bukanlah bagian yang diperlukan bagi proses transmisi sel ke sel.
Selain itu, mereka juga menemukan bahwa antibodi yang dibentuk tubuh menjadi kurang efektif kala melawan virus yang menyebar melalui sel.
Virus corona 2003 vs virus SARS-CoV-2
Liu juga membandingkan SARS-CoV-2 dengan virus corona di balik wabah SARS pada 2003, yang dikenal sebagai SARS-CoV.
Dalam penelitiannya, Liu dapat memberi penjelasan sementara tentang mengapa wabah SARS pada 2003 menyebabkan tingkat kematian yang jauh lebih tinggi dan hanya berlangsung delapan bulan, sedangkan pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung selama dua tahun dengan sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala.
Perbandingan tersebut menunjukkan bahwa SARS-CoV yang menyebabkan SARS pada 2003 bisa dinetralkan daripada SARS-CoV-2 pada proses transmisi sel.
Partikel virus SARS yang mengambang bebas menginfeksi sel target dengan mengikat reseptor di permukaannya dengan lebih bebas, namun hal ini membuat virus menjadi rentan terhadap antibodi yang dihasilkan oleh vaksin dan antibodi yang dihasilkan dari infeksi sebelumnya.
Sementara SARS-CoV-2 menyebar dari sel ke sel yang membuatnya lebih sulit untuk dinetralkan oleh antibodi.
“Protein diperlukan dan cukup untuk transmisi sel ke sel SARS-CoV-2 dan SARS-CoV karena satu-satunya perbedaan dalam pseudovirus ini adalah protein,” tutur Liu.
Temuan virus corona menyebar dari sel ke sel masih terus diteliti termasuk mekanisme pasti yang digunakan virus untuk menyebar dari sel ke sel, bagaimana hal itu dapat memengaruhi respons individu terhadap infeksi virus, dan apakah transmisi sel ke sel yang efisien berkontribusi pada munculnya dan penyebaran virus baru.
(mik)