Sekjen PDIP Bela Risma Minta Tunarungu Bicara: Hanya Miskomunikasi



Jakarta, Indonesia —

Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (Sekjen PDIP), Hasto Kristiyanto, menyatakan bahwa tindakan Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini kepada tunarungu agar berbicara dan kritik publik atas peristiwa tersebut hanya kesalahpahaman atau miskomunikasi.

Dia membela Risma dan meminta agar publik melihat rekam jejak kepemimpinan Risma.

“Kritikan dan apa yang terjadi pada momen itu hanyalah miskomunikasi saja,” kata Hasto dalam keterangan yang diterima Indonesia.com, Jumat (3/12).

Ia menerangkan tindakan Risma merupakan upaya mendorong kelompok disabilitas agar mampu mengungkapkan seluruh ekspresi dan menjadi sempurna.

Dia juga menyatakan Risma terus mengedepankan semangat kemanusiaan yang berkeadilan, sehingga mampu mengangkat disabilitas pada posisi sebagai warga negara Indonesia yang bisa berprestasi.

Ketika menjadi Wali Kota Surabaya, menurut Hasto, Risma telah membuktikan hal tersebut.

“Selama ini Ibu Risma dikenal publik telah mengangkat mereka setara, dengan membangun mereka agar memiliki semangat juang,” tutur Hasto.

Hasto berkata memperlakukan kelompok masyarakat disabilitas secara setara merupakan hal yang lebih penting dibandingkan mengasihani mereka.

Itu bisa dilakukan dengan memberi motivasi untuk menjadi warga negara Indonesia yang bangga dan mendorong mereka agar mampu menciptakan daya lebih dibandingkan yang lain, terutama dalam hal kesehatan mental serta keteguhan dalam perjuangan.

Ia pun mengingatkan Risma adalah salah satu sosok yang memberikan dorongan ketika PDIP memberikan penghargaan kepada para atlet berprestasi di Paralimpiade beberapa waktu lalu.

Menurutnya, PDIP merupakan satu-satunya partai politik yang mendorong kebijakan yang berpihak pada kelompok masyarakat disabilitas.

“Ketika Paralimpiade, karena dorongan Ibu Risma, kita berikan apresiasi pada disabilitas yang menunjukkan daya prestasinya,” tutur Hasto.

Sebelumnya, Risma meminta penyandang disabilitas rungu untuk berani berbicara di depan orang banyak. Tindakan Risma itu mendapat kritik dari perwakilan Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin), Stefanus.

“Saya mau bicara dengan ibu sebelumnya, bahwasannya anak tuli itu memang harus menggunakan alat bantu dengar, tapi tidak untuk dipaksa berbicara,” kata Stefanus melalui juru bicara bahasa isyarat di Kemensos, Jakarta Pusat, Rabu (1/12).

Mendengar kritik tersebut, Risma langsung menghampiri Stefan di lokasi. Risma mengatakan tindakannya meminta para penyandang disabilitas untuk berbicara di depan umum sebagai salah satu upaya untuk melatih kemampuan bicara.

“Kenapa ibu paksa kalian untuk bicara? Ibu paksa memang, supaya kita bisa memaksimalkan pemberian Tuhan kepada kita, mulut, mata, telinga. Tapi saya berharap kita semua bisa mencoba,” ujarnya.

Merespons, Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily mengaku peristiwa pemaksaan yang dilakukan Risma kepadatunarungu agar berbicara adalah tindakan yang ironis.

Menurutnya, Risma sebagai pejabat negara tidak seharusnya memaksa kelompok difabel untuk berfungsi normal.

“Saya tidak mau berkomentar lebih jauh terkait peristiwa itu, kecuali hanya bisa berkata ironis,” ujar Ace kepada wartawan di komplek parlemen, Senayan, Jakarta Jumat (3/12).

(mts/ugo)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *