Jakarta, Indonesia —
Leg kedua semifinal Liga Europa antara Manchester United vs Atheltic Bilbao, Jumat (9/5) dini hari WIB, akan menentukan langkah MU, apakah lanjut ke final atau jadi bulan-bulanan publik dengan ‘lawakan’.
Satu kaki MU sudah berada di partai puncak. Ini karena tim asuhan Ruben Amorim menang 3-0 atas Athletic Bilbao di leg pertama pekan lalu. Unggul dengan agregat signifikan, membuat kepercayaan diri pasukan Iblis Merah melesat untuk menghadapi lawan.
Leg kedua juga berlangsung di Old Trafford, arena berjulukan ‘Panggung Impian’ yang semakin tak mengerikan. Sudah sembilan kali MU tumbang di depan pendukung mereka sendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun Man Utd kalah sembilan kali di Old Trafford pada kompetisi domestik, tepatnya Premier League dan FA Cup. Jika sudut pandang meluas ke level kontinental, MU adalah satu-satunya klub yang belum terkalahkan baik kandang maupun tandang di kompetisi Eropa musim ini.
Otomatis rekor akan bertahan jika Man United tidak kalah kontra Bilbao pada laga ini. Sebuah kondisi antitesis jika melihat sepak terjang mereka di level domestik.
Sebab di saat yang sama, Bruno Fernandes dan kawan-kawan babak belur di liga lokal karena berada di papan bawah. Jika tak beranjak, mereka finis di posisi terendah selama berkompetisi di era Premier League.
Namun menyaksikan superioritas di Liga Europa, kiranya ini bisa jadi satu-satunya jawaban Manchester United untuk tetap diperhitungkan. Setidaknya ada harapan satu gelar yang bisa diperjuangkan.
Selain berupaya kembali merebut gelar level Eropa pertama dalam sewindu, MU bisa mendapatkan tiket Liga Champions musim depan apabila mampu juara. Ini bakal jadi pembuktian bagi Ruben Amorim yang sedang menyelamatkan tim dari jurang nestapa.
Dengan keuntungan bermain di kandang plus agregat unggul jauh, sudah semestinya Man Utd memetik hasil positif. Akan tetapi, mereka tak boleh lengah dengan gempuran tim tamu.
Mampukah Ruben Amorim memimpin anak buahnya untuk menjaga harapan?
Bersambung ke halaman berikutnya…
Fokus pada laga Liga Europa melawan Athletic Bilbao perlu ditekankan Ruben Amorim kepada para pemain Manchester United. Unggul tiga gol tak boleh diterjemahkan sebagai zona nyaman untuk bermain tanpa memberi tekanan untuk lawan.
“Semua hal bisa terjadi dalam satu pertandingan,” kata Amorim selepas lawan Bilbao pada pekan lalu.
Dari pernyataan itu, Amorim jelas menekankan para pemain tak boleh lengah. Ia sadar keajaiban dalam sepak bola bukan angan-angan.
Di satu sisi, pelatih asal Portugal itu perlu fokus pada keadaan timnya sendiri. MU tak bisa terlena hanya karena Bilbao sedang mengalami badai cedera parah plus absennya Dani Vivian akibat kena kartu merah di leg pertama.
Sebab skuad Man Utd juga bolong-bolong. Pemain-pemain kunci seperti Matthijs de Ligt, Diogo Dalot, Lisandro Martinez, dan Joshua Zirkzee bakal absen akibat cedera. Nama-nama pelapis seperti Ayden heaven dan Toby Collyer juga menepi akibat kondisi serupa.
Di luar masalah fisik pemain, Man Utd juga bermasalah dalam efektivitas dalam laga. Namun anehnya, kondisi ini hanya terjadi di level domestik.
Sejalan dengan posisi Man Utd di papan bawah klasemen Premier League, mereka juga jadi salah satu tim dengan jumlah gol terendah. The Red Devils ada di posisi kelima yang punya produktivitas paling minim musim ini.
Padahal dalam catatan Footy Stats, MU punya jumlah peluang gol atau expected goals (xG) yang cukup menjanjikan. Mereka ada di posisi kesembilan dengan 1,53 xG dan berselisih tipis dengan tim papan atas.
[Gambas:Video ]
Namun situasi berbeda terjadi di Europa League. Jumlah xG Manchester United sejalan dengan produktivitas. Mereka jadi semifinalis dengan xG tertinggi sekaligus paling produktif di Liga Europa musim ini dengan 31 gol. Sungguh sebuah anomali.
Satu hal yang membuat paradoks di tubuh Man Utd kian logis adalah kolektivitas yang ditekankan oleh Amorim. Di Liga Europa musim ini, barisan pertahanan turut berkontribusi dalam torehan gol atau membuka peluang.
Assist Harry Maguire terhadap gol Casemiro melawan Bilbao di leg pertama adalah salah satunya. Peran bek juga terlihat dari statistik yang mengisyaratkan barisan pertahanan punya kontribusi nyata untuk serangan.
Berdasarkan catatan Understat, tiga pemain belakang yakni Matthijs De Ligt, Lisandro Martinez, dan Harry Maguire masuk ke daftar 10 besar pemain Man Utd dengan kontribusi tinggi dalam urusan peluang gol dan assist (xG dan xA). Tak heran para bek kerap merangsek di sepertiga pertahanan lawan, bahkan meliuk-liuk bak fantasista.