Skotlandia Bela Kebebasan Beragama Tibet, Tolak Campur Tangan China




Jakarta, Indonesia

Skotlandia menegaskan kembali komitmennya untuk mendukung kebebasan beragama dan hak asasi manusia bagi masyarakat Tibet, khususnya terkait reinkarnasi Dalai Lama ke-14.

Dalam sidang Parlemen Skotlandia pada 22 Mei, anggota parlemen Skotlandia Ross Greer mengajukan pertanyaan tentang persiapan pemerintah Skotlandia untuk merayakan ulang tahun ke-90 Dalai Lama ke-14 bersama komunitas Buddha di Skotlandia.

Ia kemudian menyoroti kekhawatiran atas potensi campur tangan China dalam proses reinkarnasi, sebagaimana dicatat oleh Central Tibetan Administration (CTA).



ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menanggapi hal tersebut, Menteri Kesetaraan Skotlandia, Kaukab Stewart, menyampaikan rasa terima kasih Pemerintah Skotlandia atas kontribusi yang diberikan berbagai komunitas agama dan kepercayaan di Skotlandia, termasuk umat Buddha.

Ia menyampaikan harapan hangat kepada Dalai Lama dan komunitas Buddha, mengakui peran penting mereka dalam mempromosikan perdamaian, kasih sayang, dan keberagaman budaya di negara tersebut.

Greer juga mengingatkan semua orang tentang penculikan Panchen Lama berusia enam tahun oleh pemerintah China tiga dekade lalu dan penggantiannya dengan anak laki-laki lain.

Greer mengutarakan kekhawatiran mendalam masyarakat Tibet mengenai kemungkinan campur tangan serupa terkait reinkarnasi Dalai Lama ke-14 di masa mendatang.

Ia menanyakan apakah pemerintah Skotlandia akan berkomitmen untuk hanya mengakui Dalai Lama masa depan yang dipilih menurut tradisi dan ajaran Buddha Tibet, bebas dari pengaruh luar.

“Pemerintah Skotlandia menjunjung tinggi prinsip kebebasan beragama dan hak asasi manusia. Pemerintah percaya bahwa komunitas Buddha Tibet harus memiliki otonomi untuk memilih Dalai Lama berikutnya tanpa campur tangan eksternal,” ujar Stewart.

Sejak tahun 1950-an, warga Tibet telah mengalami penganiayaan setelah aneksasi Tibet oleh pemerintah China.

Pemberontakan di tahun 1959 telah mengakibatkan pengasingan Dalai Lama dan meningkatnya penindasan. Budaya, bahasa, dan agama Tibet telah ditekan secara sistematis.

Banyak laporan menunjukkan bahwa di China, biara-biara diatur secara ketat, dan praktik keagamaan menghadapi pembatasan. Berbagai pengawasan marak dilakukan, dan menentang otoritas dapat berujung pada hukuman berat.

(tim)




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *