The King of Kings (2025)
Jakarta, Indonesia —
The King of Kings merupakan film yang bisa membantu penonton muda atau anak-anak mudah memvisualisasikan kisah dalam Alkitab. Film animasi ini membuat kisah Yesus dan para murid jadi hidup dan menarik bagi anak-anak.
Film tersebut benar-benar menjaga esensi dari karya original-nya, The Life of Our Lord, kisah yang ditulis Charles Dickens secara eksklusif untuk dibacakan kepada anak-anaknya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sehingga, film ini merupakan kisah Alkitab yang sangat cocok bagi anak-anak dan mudah dicerna bagi seluruh anggota keluarga.
The King of Kings menggabungkan momen-momen representatif dari Injil untuk menjaga cerita tetap mengalir namun tetap tercakup dalam waktu lebih dari 101 menit.
Film garapan sutradara dan penulis naskah Seong-ho Jang ini menangkap esensi siapa Yesus sebagai Son of God saat di Bumi untuk menebus dosa manusia.
Seluruh kisah itu disampaikan dari sudut orang ketiga, yakni Charles Dickens (Kenneth Branagh) saat menceritakan ulang kepada anak laki-lakinya, Walter (Roman Griffin Davis).
Sehingga, mereka terutama Walter yang ditemani kucing bernama Willa seperti masuk dan menyaksikan kehidupan Yesus ketika di dunia.
Kejenakaan Walter bersama Willa menjadi indikasi kuat bahwa The King of Kings memang dirancang atau menargetkan penonton muda. Aksi yang mungkin menjadi humor dalam film ini terasa seperti tidak tepat sasaran untuk penonton dewasa.
|
Tak hanya itu, penceritaan kehidupan Yesus, mulai dari lahir hingga pelayanan dan mukjizat yang dilakukan pun mengalir sangat cepat, seperti berupaya memastikan kejadian-kejadian penting dalam Alkitab masuk film tersebut.
Sebagai penonton dewasa, ada satu hal yang cukup saya sayangkan. Kisah penderitaan Yesus untuk menebus dosa manusia di kayu salib terasa sangat buru-buru, berlalu sangat cepat begitu saja.
Sangat dipahami jika tim produksi menghilangkan adegan kekerasan yang dialami Yesus, tapi sangat disayangkan kisah itu sangat diperhalus padahal pengorbanan di kayu salib menjadi puncak pelayanan dan kasih Yesus bagi manusia selama di Bumi.
Terlebih lagi, film tersebut baik di AS atau Indonesia dirilis pada pekan Paskah yang menjadi waktu untuk refleksi diri atas kematian Yesus, sekaligus merayakan kebangkitan-Nya.
Mengingat film ini sepertinya memang ditargetkan untuk anak-anak, sangat masuk akal rasanya hal itu dilakukan karena kisah itu memang yang paling tragis.
|
Secara visual animasi, The King of Kings memang jelas tidak seperti dengan hasil produksi rumah produksi besar, seperti Disney atau DreamWorks.
Namun, The King of Kings masih menjadi wadah yang sangat cukup dan baik untuk menceritakan kisah tersebut di layar lebar.
Di balik kesederhanaan penceritaan, film ini memiliki begitu banyak nama-nama besar sebagai pengisi suara, seperti Kenneth Branagh, Uma Thurman, Pierce Brosnan sebagai Pontius Pilatus.
Ada pula Oscar Isaac sebagai Yesus, kemudian Mark Hamill sebagai Raja Herodes, Forest Whitaker sebagai Simon Petrus, Ben Kingsley sebagai Imam Besar Kayafas.
Pada akhirnya, sama seperti karya original, The Life of Our Lord, The King of Kings menyajikan tontonan yang memperkenalkan kisah-kisah Injil kepada generasi baru dengan warna, humor, dan hati.
Film ini pun sangat cocok bagi keluarga yang mencari tontonan untuk membantu memvisualisasikan kisah-kisah dalam Alkitab kepada penonton muda, termasuk untuk meningkatkan minat lebih dalam pada ajaran Kristus.
(chri/chri)