Thiebou Dieune, Nasi Ikan Senegal Jadi Warisan TakBenda UNESCO



Jakarta, Indonesia —

Restoran kecil di tepi laut ibukota Senegal, Dakar, hidangan paling populer di negara itu, thiebou dieune tengah diracik untuk makan siang.

Thiebou dieune yang berarti nasi dengan ikan dalam bahasa Wolof ini butuh waktu tiga jam untuk dimasak. Ini adalah makanan populer di jam makan siang untuk warga Afrika Barat.

Thiane Ngom, sang pemilik restoran mulai memotong bawang bombai, bawang putih, wortel, dan terong untuk disajikan bersama ikan dan nasi.

Kepopuleran makanan ini makin bertambah karena sudah ditambahkan ke dalam daftar warisan budaya UNESCO.

Rabu (15/12) PBB memasukkan hidangan tersebut ke dalam daftar Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan (Intangible Cultural Heritage of Humanity) usai pendaftaran yang dilakukan pemerintah Senegal pada Oktober lalu.

“Ini adalah sumber kebanggaan bagi saya, bagi kami orang Senegal, bahwa itu telah diakui di seluruh dunia,” kata Ngom dikutip dari AFP.

“Mulai sekarang, orang-orang akan datang ke sini untuk mencicipi hidangan kami, dan terutama untuk belajar cara memasaknya.”

Thiebou dieune biasanya dimakan dengan tangan, tapi beberapa orang lebih suka memakannya dengan garpu atau sendok. Namun ada aturan khusus saat memakannya. Anda tak boleh mengangkat salah satu kaki saat makan, ataupun menjatuhkan sebutir nasi pun. 

“Resep ini diturunkan dari ibu ke anak perempuannya,” tulis UNESCO. 

Kota Saint-Louis di Senegal utara diyakini sebagai tempat kelahiran thiebou dieune. Thiebou dieune pertama kali muncul karena hubungan perdagangan kolonial, menurut UNESCO, karena beras yang diproduksi di Indochina Prancis diimpor ke Senegal.

Banyak cerita menyebutkan seorang wanita bernama Penda Mbaye, seorang juru masak dari Saint-Louis adalah penemu hidangan tersebut.

(chs)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *