TNI Tuding OPM Pelaku Pembunuhan Mama Hertina di Intan Jaya Papua




Jakarta, Indonesia

Mabes TNI menuding Organisasi Papua Merdeka (OPM) sebagai pelaku penembakan terhadap warga sipil Mama Hertina Mirip hingga tewas di Intan Jaya, Papua.

Kapuspen TNI Mayjen Kristomei Sianturi mengklaim dari hasil klarifikasi yang dilakukan pihaknya, ditemukan bukti bahwa korban menerima aksi kekerasan dari OPM.

“Klarifikasi dari pihak berwenang dan masyarakat lokal menyatakan bahwa Mama Hertina meninggal akibat kekerasan yang dilakukan kelompok separatis bersenjata OPM, bukan oleh aparat TNI,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (26/5).



ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kristomei menyebut korban yang berusia lanjut mengalami gangguan jiwa dan sering berkeliaran seorang diri di hutan. Ia mengatakan korban terakhir kali terlihat pada 15 Mei setelah mengungsi ke Kampung Mamba Bawah.





Oleh karenanya, ia mengklaim tidak ada satupun bukti keterlibatan anggota TNI lewat Satgas Habema dalam insiden tersebut. Kristomei lantas menuding kabar itu sebagai narasi hoaks yang dibangun untuk menyerang TNI.

“Ini murni hoaks yang dirancang untuk membentuk opini sesat bahwa TNI membunuh warga Papua. Faktanya, sejak 15 Mei 2025, TNI sudah ditarik dari Kampung Sugapa Lama atas permintaan Bupati dan tokoh masyarakat setempat,” tuturnya.

Kristomei menambahkan pada 18 Mei, korban dilaporkan hilang dari posko pengungsian. Ia menyebut warga setempat menduga korban kembali ke kampung asalnya, Jaindapa.

Dalam perjalanan itulah, Kristomei mengklaim, korban dicegat dan ditembak oleh kelompok bersenjata OPM pimpinan Daniel Aibon Kogoya, yang menuduhnya sebagai mata-mata TNI.

“Kami mengajak masyarakat untuk tidak mudah percaya pada narasi fitnah. Yang terjadi justru menunjukkan kekejaman kelompok separatis yang menebar teror bahkan terhadap warga tak bersenjata,” pungkasnya.

Sebelumnya, Sekretariat Komnas HAM Papua mengungkap ada korban sipil yang tewas bernama Hetina Mirip dalam operasi militer di Kampung Jaindapa, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya.

Kepala Sekretariat Komnas HAM Papua Frits Ramandey menyebut sosok ibu tersebut tewas tertembak dalam operasi militer yang dilakukan Satgas Habema TNI, pada Rabu (14/5).

Frits menyebut dari laporan mitra Komnas HAM yang ada di lokasi kejadian, jenazah korban dimakamkan dengan cara yang tidak layak. Korban juga disebut baru ditemukan sembilan hari setelah operasi militer dilakukan, pada Jumat (23/5) kemarin.

“Ketika melakukan pencarian menemukan bahwa ibu itu setelah tertembak lalu dikubur dengan cara yang tidak manusiawi. Sehingga sebagian tubuhnya itu tidak bisa terkubur,” ujarnya kepada wartawan, Senin (26/5).

Kendati demikian, Frits mengatakan pihaknya masih belum menemukan bukti terkait apakah penembakan terhadap Hetima itu dilakukan anggota TNI atau kelompok TPNPB.

Sementara itu dalam keterangan yang dibagikan Koalisi Masyarakat Sipil, anak dari Hetina Mirip meminta Presiden Prabowo Subianto untuk membuka mata terhadap konflik bersenjata di Papua yang memakan korban sipil.

Antonia Hilaria Wandagau menegaskan ibunya yang tewas tertembak dalam operasi militer Satgas Habema hanyalah seorang ibu rumah tangga dan bukan bagian dari kelompok bersenjata.

“Ibu saya, Hetina Mirip, bukan kombatan. la bukan bagian dari kelompok bersenjata, bukan pula musuh negara. la hanya seorang perempuan Papua, ibu rumah tangga,” ujarnya.

“Tentara datang, rumah kami dikepung, dan ibuku ditembak, dibakar di halaman rumah, tepat di depan mata saya. la dikubur tanpa upacara, tanpa upaya hukum,” sambungnya.

(tfq/dal)


[Gambas:Video ]



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *