Tren Indeks Kualitas Air di 4 Provinsi Turun selama 2015-2021
Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK Sigit Reliantoro mengungkapkan tren indeks kualitas air (IKA) mengalami penurunan di empat provinsi sepanjang 2015-2021. Meskipun, demikian, Sigit memaparkan target indeks kualitas air di empat provinsi tersebut tercapai.
Sigit menyebut tren penurunan indeks kualitas air itu terlihat di sejumlah sungai dan danau yang ada di Bengkulu, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, dan Jawa Barat.
“Kalau dilihat hasil analisis kami 2015-2021, ada provinsi provinsi meskipun targetnya tercapai di indeks tapi tren penurunan kualitas air di sungai dan di danaunya itu perlu diperhatikan dengan serius,” kata Sigit dalam Refleksi Akhir Tahun Program KLHK, Selasa (21/12).
Sigit mengakui untuk meningkatkan indeks kualitas air merupakan salah satu yang tersulit. Bahkan, secara keseluruhan, indeks kualitas air Indonesia belum mencapai target.
Ia menjelaskan beberapa faktor yang membuat target indeks kualitas air sulit dicapai yaitu Biological Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen biologis untuk memecah bahan buangan di dalam air oleh mikroorganisme dan kadar e-coli.
Dengan kata lain, kata Sigit, penyebab rendahnya indeks kualitas air Indonesia adalah sistem pengelolaan limbah rumah tangga yang belum baik.
“Kualitas ini yang paling berat karena indeksnya masih rendah belum mencapai target dan salah satu penyebab utamanya adalah BOD dan e-coli,” kata dia.
“Dan itu mencerminkan aktivitas dari rumah tangga itu air limbahnya belum terkelola dengan baik. Sehingga upaya untuk mempercepat sanitasi perbaikan sanitasi sangat urgent dilakukan,” imbuhnya.
Terkait itu, ia mengapresiasi kepada sejumlah provinsi yang mengalami tren kenaikan indeks kualitas air, meskipun targetnya belum tercapai.
“Kami mengapresiasi meskipun DKI Jakarta belum bisa memenuhi baku mutu kelas dua tapi tren perbaikan kualitas airnya sangat luar biasa. DKI, NTT, Maluku, NTB dan Sulawesi Tengah,” ujarnya.
(yla/kid)