Tren Pemanasan Global Makin Mengkhawatirkan
Jakarta, Indonesia —
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa saat ini tren pemanasan global semakin mengkhawatirkan. Indonesia, kata dia, juga berada dalam titik kritis dalam menghadapi dampak perubahan iklim.
Ia menjelaskan perubahan suhu yang semakin tinggi dan cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi, seperti banjir dan kekeringan, mempengaruhi berbagai sektor, termasuk ketahanan air dan pangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kenaikan suhu rata-rata yang tercatat pada 2024 sebesar 27,52°C, dengan anomali suhu tahunan mencapai +0,81°C dibandingkan periode normal, menunjukkan adanya tren pemanasan global yang mengkhawatirkan,” kata Dwikorita di Jakarta, melansir laman resmi BMKG, Jumat (16/5).
Data BMKG menunjukkan suhu udara di Indonesia terus meningkat, dengan sebagian besar wilayah mengalami suhu yang hampir selalu berada di atas persentil ke-95 sepanjang tahun.
Menurut Dwikorita tren ini berpotensi memperparah dampak perubahan iklim, yang akan semakin terlihat dalam bentuk cuaca ekstrem, baik berupa banjir maupun kekeringan.
“Masalah besar yang kita hadapi adalah ketimpangan pasokan air yang berlimpah saat musim hujan, namun langka ketika dibutuhkan di musim kemarau,” jelasnya.
Untuk menghadapi proyeksi tersebut, ada dua solusi utama sebagai respons terhadap krisis air yang semakin memburuk, yakni restorasi sungai dan pemanenan air hujan. Menurut dia kedua solusi ini harus dilaksanakan secara terkoordinasi dan berbasis data ilmiah yang kurat.
Dwikorita juga mengingatkan bahwa tanpa upaya serius dan terencana dalam mengelola sumber daya air, dampak perubahan iklim akan semakin dirasakan oleh masyarakat, terutama mereka yang tinggal di wilayah-wilayah yang sudah mengalami kekurangan air bersih.
“Restorasi sungai dapat memperbaiki ekosistem sungai yang rusak, yang pada gilirannya akan meningkatkan kapasitas sungai untuk menampung dan mengalirkan air dengan lebih baik,” jelas Dwikorita.
“Sementara, pemanenan air hujan dapat menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi krisis air, terutama di daerah-daerah yang rawan kekeringan. Dengan pemanenan air hujan, kita dapat mengurangi ketergantungan pada sumber daya air permukaan yang semakin terbatas akibat perubahan iklim,” imbuhnya.
Ia mengingatkan bahwa perubahan iklim bukan hanya masalah jangka pendek, melainkan tantangan besar yang harus dihadapi dengan pendekatan jangka panjang. Ia menegaskan bahwa perlu strategi pengelolaan air yang lebih cerdas dan adaptif, serta melibatkan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta.
(dmi/dmi)