Varian Omicron Diakui Tak Tingkatkan Keparahan di Afsel



Jakarta, Indonesia —

Para ilmuwan Afrika Selatan mengatakan belum ada tanda virus corona varian omicron menyebabkan penyakit yang lebih parah. Ahli di Afrika Selatan masih butuh lebih banyak waktu untuk menyimpulkan varian omicron ini tidak berbahaya.

“Data awal memang menunjukkan bahwa sementara ada peningkatan tingkat rawat inap … sepertinya itu murni karena angka daripada sebagai akibat dari keparahan varian itu sendiri, Omicron ini,” Menteri Kesehatan Afsel Joe Phaahla mengutip Reuters, Sabtu (11/12).

Pada bulan lalu, Afsel memperingatkan tentang varian Omicron yang berpotensi memicu lonjakan di dunia.

Rumah sakit di Afsel mengeluarkan data penerimaan pasien covid-19 sekarang meningkat tajam lebih dari setengah dari sembilan provinsi di negara itu, tetapi kematian tidak mengalami kenaikan dan indikator seperti rata-rata lama rawat inap di rumah sakit cukup aman.

Dalam beberapa hari terakhir, wabah nasional yang terkait dengan varian Omicron telah menginfeksi sekitar 20 ribu orang per hari, dengan 19.018 kasus COVID-19 baru berdasarkan data dari Institut Penyakit Menular Nasional Afsel dilaporkan pada Kamis (9/12).

Sebelumnya, Afsel mencatat rekor puncak lebih dari 26 ribu kasus harian selama gelombang ketiga virus corona yang dipicu oleh varian Delta.

Afsel telah sepenuhnya memvaksinasi sekitar 38 persen orang dewasa, atau lebih banyak daripada di banyak negara Afrika lainnya, tetapi jauh dari target akhir tahun pemerintah.

Baru-baru ini, Afsel menunda beberapa pengiriman vaksin karena kelebihan pasokan akibat laju vaksinasi yang melambat.

Wakil Direktur Jenderal Departemen Kesehatan Afsel, Nicholas Crisp mengatakan suntikan penguat (booster) vaksin Pfizer-BioNTech akan tersedia untuk orang-orang, enam bulan setelah mereka menerima dosis kedua.

Booster Johnson & Johnson, yang sudah tersedia untuk petugas kesehatan dalam studi penelitian, akan segera diluncurkan bagi kelompok masyarakat lainnya.

Crisp membantah bahwa menawarkan booster adalah cara untuk menghabiskan stok vaksin.

“Kami tidak perlu mengonsumsi vaksin. Itu mahal dan kami hanya akan menggunakan vaksin jika ada buktinya,” katanya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar booster diberikan kepada orang-orang yang kekebalannya terganggu atau telah menerima vaksin COVID-19 yang tidak aktif untuk melindungi dari penurunan kekebalan.

Namun, WHO menegaskan bahwa pemberian dosis utama harus menjadi prioritas mengingat tingkat vaksinasi masih sangat rendah di banyak negara berkembang.

Sebuah studi kecil dari lembaga penelitian Afrika Selatan minggu ini menunjukkan bahwa Omicron sebagian dapat menghindari perlindungan dari dua dosis vaksin Pfizer, tetapi perusahaan dan mitranya, BioNTech, mengatakan bahwa tiga dosis suntikan vaksin tersebut dapat menetralkan infeksi Omicron.

(Reuters/mik)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *