Virus Corona Bisa Menetap di Otak hingga Berbulan-bulan
Kelompok ilmuwan di Institute Kesehatan Nasional Amerika Serikat berhasil mendeteksi virus SARS-CoV-2 dapat menetap berbulan-bulan di beberapa organ manusia yang mengidap Covid-19. Hal ini menunjukkan seseorang mengalami “long covid”.
Studi tersebut membuktikan bahwa sel virus corona bisa menetap hingga tujuh bulan atau 230 hari sejak seseorang terinfeksi dan mengalami gejala Covid-19.
“Beban infeksi di luar saluran pernapasan dan waktu pembersihan virus tidak ditandai dengan baik, terutama di otak.” tulis jurnal berjudul ‘SARS-CoV-2 infection and persistence throughout the human body and brain’.
“Kami melakukan otopsi lengkap pada 44 pasien dengan Covid-19 untuk memetakan dan mengukur distribusi, replikasi, dan sel SARS-CoV-2 di seluruh tubuh manusia, termasuk otak, dari infeksi akut hingga lebih dari tujuh bulan setelah timbulnya gejala.” lanjut tulisan di jurnal tersebut.
Sebagai catatan, jurnal ini belum melewati fase pembuktian dari ilmuwan sejawat, sehingga klaimnya belum dapat disimpulkan secara luas.
Studi tersebut juga menunjukkan bahwa sel virus Corona terdistribusi secara luas, dari pasien yang meninggal akibat Covid-19, hingga mereka yang terinfeksi tanpa gejala.
Meski mampu beredar di organ-organ vital, namun pada dasarnya sisa sel Corona tersebut menjadi beban yang berat di saluran pernapasan.
Selama menginfeksi, virus Corona menjangkit sel di seluruh tubuh, termasuk secara luas di otak, serta pada jaringan mata, otot, kulit, saraf tepi, dan jaringan pada sistem kardiovaskular, gastrointestinal, endokrin, dan limfatik.
Masih menjadi pertanyaan bagi para peneliti hingga saat ini, bagaimana bisa virus Corona menyerang begitu banyak organ dalam tubuh manusia.
Hal tersebut juga dipertanyakan salah satu peneliti virus Corona Ziyad Al-Aly, profesor medis di Universitas Washington.
Ia menyebut bahwa penelitian National Institutes of Health yang menyebut sel Corona dapat menetap di otak hingga tujuh bulan, menjadi salah satu pembuka jalan terang atas misteri tersebut.
“Untuk waktu yang lama, kami telah ‘menggaruk-garuk kepala’ dan bertanya mengapa Covid mempengaruhi begitu banyak sistem organ.” ujar Al-Aly dilansir dari Forbes.
(tim/fjr)