Wagub Bali soal Siswa SMP Tak Bisa Baca: Kesalahan Pendidik & Orangtua

Denpasar, Indonesia —
Wakil Gubernur (Wagub) Bali I Nyoman Giri Prasta menilai ratusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Buleleng yang tidak lancar membaca serta tidak bisa membaca adalah kesalahan pendidik atau guru dan orang tua yang tidak memerhatikan mereka.
“Saya pikir ini memang kesalahan pendidik dan tidak ada perhatian dari orang tua. Jadi, kita akan lakukan pembinaan terhadap persoalan ini, sehingga apapun yang terjadi, pokoknya itu harus bisa baca tulis, sesuai dengan kemampuan dia,” kata Giri Prasta, Denpasar, Bali, Senin (21/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia juga menyebut pihaknya sudah berkoordinasi dan juga sudah mendapatkan arahan dari Bapak Gubernur Bali, I Wayan Koster untuk menangani persolanan itu. Nantinya, kata dia, akan dibuatkan rumah pintar untuk mengatasi ratusan siswa SMP yang tidak bisa membaca.
“Siswa-siswi ini kita koordinasi dengan kepala dinas dan kita akan menggerakkan semua komponen masyarakat, nanti akan ada juga rumah pintar. Ada organisasi masyarakat akan mengedukasi, akan memberikan bantuan juga terhadap hal itu,” ujarnya.
“Jadi kami pun baru mengetahui hal itu, dan ke depan tidak boleh lagi karena mau tidak mau, para muda-mudi ini merupakan generasi penerus bangsa. Saya kira evaluasi ini penting dan kami yakini kedepan tidak ada lagi,” lanjut Wagub Bali.
Ia menegaskan ratusan siswa SMP di Buleleng yang tidak bisa membaca akan dibina secara khusus atau dilakukan pendampingan sehingga nantinya bisa membaca dengan lancar.
“Udah pasti (akan dibina langsung) dan kami sudah bicara dengan Bupati Buleleng dan Wakil Bupati Buleleng, penanganan khususnya sudah pasti. Dan tidak boleh (terjadi lagi siswa yang tidak bisa membaca),” ujarnya.
Nyoman Prasta mengaku pihaknya baru mengetahui ratusan siswa SMP di Kabupaten Buleleng, Bali, yang tidak bisa lancar membaca dan tidak bisa membaca. Sementara untuk wilayah lain di Bali, dia mengaku belum dapat informasi.
“Kalau saya belum mendengar informasi dari kabupaten yang lain,” ujarnya.
Sebelumnya, Disdikpora Kabupaten Buleleng mencatat ada sebanyak 363 siswa SMP y ang tidak lancar membaca dan tidak bisa membaca, baik dari sekolah swasta maupun negeri di Kabupaten Buleleng.
Sekretaris Disdikpora Kabupaten Buleleng Ida Bagus Gde Surya Bharata mengatakan ratusan itu dibagi dua kategori: 155 siswa SMP masuk dalam kategori Tidak Bisa Membaca (TBM) dan 208 siswa masuk kategori Tidak Lancar Membaca (TLM). Rincian lain adalah siswa laki-laki sebanyak 283 orang dan siswi perempuan 73 orang.
Siswa-siswi itu tersebar di 60 sekolah SMP swasta dan negeri di Buleleng.
“Kalau data yang sudah kami kumpulkan dari berbagai sekolah yang dibawa kewenangan kita ada terdata 363 siswa. Kategori ada dua itu yang tidak lancar membaca dan tidak bisa membaca,” kata Bharata, saat dihubungi Rabu (16/3).
Sementara itu total siswa SMP di Buleleng mencapai 34.062 orang.
“Jadi persentasenya dari 34 ribu sekian siswa SMP di Buleleng yang kemampuan membaca rendah itu 0,011 persen,” imbuhnya.
Sementara, penyebab ratusan siswa SMP tidak bisa membaca dengan lancar dan juga tidak bisa membaca, dari data presentase ialah kurangnya motivasi belajar itu 45 persen, pembelajaran tidak tuntas itu 5 persen, disleksia 19 persen, disabilitas 10 persen, dan kurang dukungan keluarga atau orang tua 21 persen.
(kdf/kid)