Wajah Wisata Pantai Korea yang Terimbas Ekspansi Ekonomi



Jakarta, Indonesia —

Para peselancar dan wisatawan yang menyukai pengalaman lebih tenang dari perairan dengan warna biru kristal dan pasir lembut yang berada di pantai Sacheonjin, Korea Selatan sejak bertahun-tahun lalu. Tapi hal lain justru dirasakan pengelola wisma di daerah itu saat ini.

Air tak lagi setenang dulu, ombaknya tampak pecah dan mulai mendekat ke pantai. Choi Jong-min, salah satu pengelola wisma mengaku terkejut ketika gelombang tinggi menghanyutkan sebagian besar pantai tahun ini, termasuk saat topan pada bulan Agustus lalu.

“Perairannya tidak pernah sedekat ini dan ombaknya tidak pernah setinggi ini selama 12 tahun terakhir,” kata Choi di wismanya sambil melihat ke luar jendela. “Tempat ini terkenal dengan ombak yang tenang, tapi lihat, ombaknya sedang pecah sekarang,” lanjutnya mengutip Reuters, Sabtu (20/11).

Imbas ekspansi ekonomi

Beberapa pantai populer di Korea Selatan terkena ekspansi ekonomi yang cukup cepat. Tren ini juga diperburuk dengan perubahan iklim, yang telah menyebabkan naiknya permukaan air dan cuaca yang tidak dapat diprediksi.

Sacheonjin yang berada di provinsi Gangwon timur, adalah satu dari 43 pantai yang ditetapkan mengalami erosi pantai “serius” pada 2020.

“Erosi pantai semakin cepat karena kurangnya kemauan pemerintah untuk meningkatkan pemeliharaan pantai,” kata anggota parlemen Kim Tae-heum.

Pada 2019 lalu, lebar pantai Sacheonjin berukuran 40 meter. Namun saat dijumpai Reuters baru-baru ini, pantai menyempit menjadi sekitar 3 meter dan secara terus menerus dihantam ombak.

Di Samcheok, tepat di selatan Sacheonjin, sebuah studi tahun 2020 oleh kementerian lingkungan menyimpulkan pantai menyusut ke tingkat terkecil sejak 2005 lalu. Erosi sebagian diperburuk oleh pembangunan dermaga apung yang dirancang untuk memasok batubara ke pembangkit listrik terdekat.

Tak ayal ini membuat para aktivis khawatir pemecah gelombang yang direncanakan di lokasi tersebut dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut. Banyak penduduk khawatir jika hal ini terus terjadi pariwisata yang menjadi salah satu mata pencaharian utama mereka terancam.

“Kami sangat bergantung pada pariwisata, karena orang-orang datang ke sini untuk berenang, memancing, dan menangkap kerang selancar,” kata Ha Tae-sung, seorang penduduk setempat.

Seorang pejabat lokal yang bertanggung jawab atas Sacheonjin, Lim Won-ik mengatakan hampir 60 persen pasir pantai memang telah dipulihkan sejak Agustus, ketika erosi semakin memuncak.

Pihak berwenang juga berencana memasok lebih banyak pasir dan meratakan pantai di semua daerah yang terkena dampak sambil menyusun rencana pemulihan jangka panjang.

(tst/mik)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *