Walhi soal Banjir Sulsel: DAS Rusak, Hutan Hilang



Jakarta, Indonesia —

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulawesi Selatan menyoroti dampak banjir yang terjadi di sembilan kabupaten kota di Sulsel hingga ribuan warga harus mengungsi setelah diguyur hujan deras selama beberapa hari terakhir. Walhi menyebut banjir diakibatkan kerusakan hutan di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS)

Direktur WALHI Sulsel, Muhammad Al-Amin mengatakan Sulsel merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang dilanda banjir di musim penghujan akhir tahun 2021. Berdasarkan pantauan WALHI Sulsel, banjir tahun ini melanda 9 kabupaten/kota.

“Selain itu, dari sembilan daerah tersebut, banjir di Kabupaten Soppeng, Barru dan Kota Makassar yang masuk kategori paling parah,” kata Amin kepada Indonesia.com, Rabu (8/12).

Penyebab terjadinya banjir ini menurut Amin ada tiga hal. Salah satunya turunnya daya tampung lingkungan. Saat ini, kata dia kondisi lingkungan di Provinsi Sulawesi Selatan sangat menurun drastis.

“Hutan di Sulsel sudah banyak yang terbuka. DAS-DAS juga sudah banyak yang rusak. Kondisi ini diperparah dengan keluarnya SK 362 Menlhk Nomor 362 Tahun 2019 tentang Penetapan Kawasan Hutan Sulsel, di mana 91 ribu ha lebih hutan di Sulsel dilepaskan menjadi kawasan non hutan atau APL,” jelasnya.

“Oleh karena itu, menurut kami, penyebab utama bajir di Sulsel adalah karena kerusakan hutan, terutama di Daerah Aliran Sungai.,” sambungnya.

Saat ini, beber Amin semua kabupaten di Sulsel terancam banjir, tinggal tergantung curah hujan. Apabila curah hujan diatas 200 mm perdetik, maka daerah tersebut akan banjir akibat rusaknya hutan dan Daerah Aliran Sungai di Sulawesi Selatan, terjadi pendangkalan sungai akibat lumpur yang dari hulu.

“Bahkan lumpur tersebut ikut terbawa sampai ke laut. Sehingga pada saat curah hujan tinggi, air laut mengalami kenaikan, sehingga air tidak dapat mengalir ke hilir atau ke laut,” katanya.

Amin menegaskan, bahwa dirinya tidak sepenuhnya sependapat dengan pernyataan Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman yang menyatakan penyebab banjir akibat drainase yang buruk.

“Drainase buruk di Sulsel terutama di Makassar hanya sedikit pengaruhnya. Yang paling besar pengaruhnya adalah kerusakan hutan, DAS, dan pelepasan kawasan hutan yang diusulkan oleh pemerintah daerah maupun provinsi,” ungkapnya.

Walhi Sulsel pun meminta Menteri Lingkungan Hidup untuk menghentikan mengevaluasi SK 362 tahun 2019 dan juga menghentikan rencana pelepasan kawasan hutan berikutnya di Sulsel.

2.500 Mengungsi

Dari lokasi banjir, sejumlah rumah di kawasan Jalan Kodam 3, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, terendam banjir setinggi 1,5 meter. Sebanyak 2.500 warga terdampak akibat banjir dan kini diungsikan ke lokasi aman dari banjir.

Lokasi ini merupakan langganan banjir yang kerap terjadi tiap tahunnya jika memasuki musim penghujan. Hal ini sebabkan sungai yang membatasi Kota Makassar dengan Kabupaten Maros yaitu Biring Je’ne meluap hingga ke rumah dan jalanan di sekitar lokasi.

Berdasarkan pantauan Indonesia.com, Rabu (8/12) sekitar pukul 01.30 WITA dini hari, di salah satu tempat pengungsian Masjid Ar-Rahman nampak terlihat ratusan warga tidur saling berhimpitan. Di lokasi tersebut didominasi anak-anak dan wanita.

Camat Biringkanaya, Mahyudin menyebutkan bahwa saat ini jumlah warga yang terdampak mencapai sekitar 2.500 jiwa.

“2.500 warga yang terdampak banjir. Kini kita berkonsentrasi untuk melakukan evakuasi untuk diungsikan ke tempat lebih aman,” kata Mahyudin, Kamis (8/12).

Selain itu, Pemerintah Kota Makassar kata Mahyudin telah mendirikan 10 titik lokasi pengungsian dan 10 titik dapur umum.

(mir/ain)

[Gambas:Video ]




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *