Waspadai Aliran Lahar Semeru selama Musim Hujan
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM Andiani mengatakan, potensi bahaya yang masih mengancam diĀ Gunung Semeru saat ini adalah aliranĀ lahar akibat datangnya musim penghujan.
Kondisi hujan diperkirakan akan berlangsung hingga tiga bulan ke depan.
“Potensi secondary explosion di sepanjang aliran sungai yang terlanda endapan awan panas guguran (APG) pada 4 Desember 2021 juga masih ada, mengingat saat ini suhu endapan masih relatif tinggi dan jika terjadi kontak dengan air permukaan menyebabkan perubahan fasa air menjadi fasa uap bertekanan cukup tinggi,” kata Andiani dalam pada konferensi pers virtual (12/12).
Oleh karena itu, Badan Geologi kembali mengimbau masyarakat untuk selalu mematuhi rekomendasi yang dikeluarkan oleh Badan Geologi.
Masyarakat, pengunjung, dan wisatawan agar tidak beraktivitas di dalam radius 1 kilometer (km) dari kawah atau puncak Gunung Semeru dan jarak 5 km arah bukaan kawah di sektor selatan-tenggara.
Tak hanya itu, masyarakat juga dilarang beraktivitas sepanjang alur sungai Besuk Kobokan yang saat ini sudah terisi endapan material yang masih bersuhu tinggi dan berpotensi terjadinya secondary explosion.
“Selain itu, kami harap masyarakat selalu mewaspadai potensi APG, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru, terutama sepanjang aliran Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan,” tutur Andiani.
Adapun hingga Minggu (12/12) pukul 12.00, teramati aktivitas embusan asap putih tebal dari Kawah Jonggring Seloko, dengan tinggi 500-1.000 meter di atas puncak.
Pada malam hari teramati api diam dan sinar api di kawah serta ujung lidah lava yang berjarak sekitar 1.400 metee dari kawah, yang berasosiasi dengan material lava yang bersuhu tinggi.
“Teramati juga guguran lava mencapai jarak luncur 200 meter dari ujung lidah lava. Sementara, pemantauan kegempaan menunjukkan dominasi gempa-gempa permukaan, yakni 14 kali kejadian gempa letusan, 3 kali kejadian gempa guguran dan 11 kali kejadian gempa embusan,” ungkap Andiani.
Andiani mengatakan, terekam juga getaran tremor menerus dengan amplitudo maksimum 4-9 mm yang berkaitan dengan aktivitas hembusan.
Ia menambahkan bahwa masih ada potensi terjadinya APG, seiring dengan kejadian guguran yang masih teramati.
“Namun diperkirakan intensitas dan jarak luncur relatif kecil apabila dibandingkan dengan APG hari Sabtu (4/12) lalu,” ujarnya.
(hyg/gil)