Xi Jinping Sindir Trump di Depan para Pemimpin Amerika Latin

Jakarta, Indonesia —
Presiden China Xi Jinping menyindir praktik “bullying” dan “hegemonisme” dalam pidato publik pertamanya usai tercapainya gencatan senjata tarif dengan Amerika Serikat. Xi menyebut bahwa tak ada pemenang dalam perang tarif, dan pihak yang memaksakan kehendaknya justru akan terisolasi.
“Tidak ada pemenang dalam perang tarif atau perang dagang. Bullying atau hegemonisme hanya akan membawa pada pengasingan diri,” ujar Xi dalam forum tingkat tinggi bersama para pemimpin Amerika Latin dan Karibia, Selasa (waktu setempat), di Beijing, mengutip .
Pernyataan tersebut disampaikan Xi di tengah forum China-CELAC, sebuah pertemuan menteri keempat sejak forum itu didirikan pada 2014 untuk mempererat hubungan China dengan negara-negara di kawasan Amerika Latin dan Karibia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
CELAC sendiri merupakan akronim dari Community of Latin American and Caribbean States.
Xi berbicara di hadapan para kepala negara dan pejabat tinggi dari Brasil, Kolombia, hingga Chili. Dalam pidatonya, ia menekankan pentingnya kerja sama multilateral di tengah dunia yang dinamis dan penuh ketegangan geopolitik.
“Perubahan besar yang belum terlihat dalam satu abad terakhir kini semakin cepat, menjadikan persatuan dan kerja sama antarnegara tak tergantikan,” ucap Xi.
Pidato Xi datang sehari setelah China dan Amerika Serikat sepakat untuk menangguhkan tarif tambahan atas sejumlah produk masing-masing selama 90 hari. Kesepakatan tersebut dinilai sebagai angin segar dalam ketegangan panjang antara dua ekonomi terbesar dunia.
Namun, meski ada kesepakatan sementara, Xi tetap melanjutkan pesan diplomatiknya yang konsisten menolak tekanan unilateral dari negara lain.
Selama perang dagang berlangsung, China bersikap tegas terhadap tuntutan Amerika Serikat dan enggan tunduk terhadap kebijakan tarif balasan. Di saat bersamaan, China melancarkan ofensif diplomasi, memperkuat citra sebagai pendukung perdagangan bebas dan mendesak negara-negara lain melawan dominasi satu pihak.
“China dan negara-negara Amerika Latin serta Karibia adalah bagian penting dari Global South. Kemerdekaan dan otonomi adalah tradisi luhur kita. Pembangunan dan kebangkitan adalah hak kita. Dan keadilan serta kejujuran adalah tujuan bersama kita,” kata Xi.
Pinjaman miliaran yuan dan diplomasi yuan Dalam forum itu, Xi juga menjanjikan fasilitas kredit senilai 66 miliar yuan atau sekitar US$9,2 miliar setara Rp148 triliun kepada negara-negara CELAC untuk mendukung pembangunan.
Menariknya, pinjaman ini akan diberikan dalam mata uang yuan, langkah yang dinilai sebagai upaya memperluas penggunaan mata uang China di pasar internasional.
“Dalam menghadapi arus deras konfrontasi blok, unilateralisme, dan proteksionisme, China siap bergandengan tangan dengan mitra kami di Amerika Latin dan Karibia,” tutur Xi.
China kian memperkuat posisinya di kawasan Amerika Latin. Tahun lalu, nilai perdagangan antara Beijing dan negara-negara CELAC untuk pertama kalinya melampaui US$500 miliar atau sekitar Rp8 kuadriliun.
Brasil, misalnya, menjadikan China sebagai tujuan utama ekspor kedelainya, dengan porsi mencapai lebih dari 73 persen.
(tst/mik)