Yang Perlu Diketahui soal Difteri, Penyebab hingga Gejala



Jakarta, Indonesia —

Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu mengungkapkan saat ini sudah muncul kejadian luar biasa atau KLB difteri, serta campak dan rubela di beberapa wilayah Indonesia.

Munculnya KLB difteri di daerah yang sudah lama hilang tersebut dikarenakan menurunnya cakupan imunisasi pada tahun 2020 dan 2021 akibat pandemi Covid-19.

Menurut data Kemenkes, seperti dikutip Antara, cakupan imunisasi dasar bagi anak balita dan anak usia sekolah secara nasional baru mencapai 58,4 persen per Oktober 2021.

Lalu, apa dan sejauh mana bahaya KLB difteri di daerah? Berikut sejumlah hal yang perlu diketahui soal difteri.

Apa itu Difteri?

Dokter Soedjatmiko dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan difteri adalah penyakit menular akibat bakteri Corynebacterium Diptheriae yang mudah sekali menular melalui batuk atau bersin.

“Ini karena bakteri tersebut paling banyak bersarang di tenggorokan dan hidung sehingga membentuk selaput putih dan tebal yang lama-lama menutupi saluran nafas,” ujarnya pada Desember 2017.

Di samping itu, bakteri tersebut juga bisa mengeluarkan racun atau toksin yang bisa melumpuhkan otot jantung, dan saraf. Itu yang kemudian menjadi sebab kematian. Difteri bisa menyerang bayi, anak-anak, dan paling banyak balita dan usia sekolah, serta remaja.

Penyebab Difteri

Sebagian besar atau hampir dua pertiga yang terkena difteri karena belum pernah diimunisasi sama sekali, atau belum pernah diimunisasi DPT. Ini tak lain karena imunisasi di luar itu tak bisa cegah difteri.

“Sering orangtua kalau ditanya, sudah diimunisasi walaupun tidak bisa menunjukkan itu imunisasi difteri. Mereka kerap membela diri sudah imunisasi lengkap, di sisi lain, ternyata itu imunisasi polio, atau campak, dan DPT satu kali,” ujar Soedjatmiko.

Jadi, ada kelompok pertama, orang yang tidak pernah diimunisasi sama sekali, ada juga yang diimunisasi tapi tidak lengkap.

Soedjatmiko mengatakan, idealnya adalah sampai umur 1 tahun DPT tiga kali, sampai umur 2 tahun 4 kali DPT, sampai umur 5 tahun kalau bisa 5 kali DPT.

Sampai umur 6 tahun 6 kali DPT, sampai umur 7 tahun 7 kali DPT, sampai tamat SD kalau bisa sudah 8 kali DPT.

Untuk umur di atas 7 tahun, nama vaksinnya bukan DPT, tapi Td, beda vaksin tapi yang penting ada komponen D-nya.

Gejala Difteri

Gejala yang kentara bagi penderita difteri adalah jika mendapati ada selaput putih tebal di tenggorokan atau di hidung, apalagi disertai leher bengkak.

Bisa jadi itu difteri, dan walaupun belum tentu, akan lebih baik diperiksa dulu untuk dibuktikan. Jika mendapati gejala itu, ada baiknya segera bawa ke puskesmas, atau RS terdekat.

Simak penjelasan lebih lanjut mengenai KLB difteri di daerah di halaman berikut.

Pengobatan difteri


BACA HALAMAN BERIKUTNYA



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *